Tampilkan postingan dengan label Abimana Aryasatya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abimana Aryasatya. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Oktober 2017

WARKOP DKI REBORN : JANGKRIK BOSS PART 2 (2017) REVIEW : Euforia dan
Nostalgia Film Indonesia

WARKOP DKI REBORN : JANGKRIK BOSS PART 2 (2017) REVIEW : Euforia dan Nostalgia Film Indonesia

Tak disangka, Warkop DKI Reborn sukses menjadi film terlaris di tahun 2016 bahkan predikatnya pun menjadi film terlaris sepanjang masa. Dengan perolehan 6,7 juta penonton ini, jelas Warkop DKI Reborn adalah prospek yang sangat besar bagi Falcon Pictures untuk menelurkan karya-karya lainnya atas nama Warkop DKI. Sayangnya, di tahun 2017 ini, Warkop DKI Reborn tak menelurkan sebuah judul baru untuk dapat dinikmati oleh penontonnya. Melainkan ini adalah lanjutan dari bagian pertama yang diputus di tengah jalan.

Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss ini dibagi menjadi dua film yang saling berkesinambungan. Bagian keduanya dirilis tahun ini untuk menjawab apa yang selanjutnya terjadi di akhir film bagian pertama. Semangat nostalgia menjadi senjata utama dari Anggy Umbara untuk film-film Warkop DKI Reborn-nya ini. Senjata ini bisa digunakan dalam hal apapun, mulai dari konten hingga strategi promosi yang memang sudah terbukti efektif.

Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 mungkin akan kesusahan sendiri untuk mencapai angka fantastis dari bagian pertamanya. Tetapi, penonton masih berbondong-bondong pergi ke Bioskop untuk mencari tahu kelanjutan cerita bagian pertama. Terpotongnya informasi dari bagian pertamanya ini mungkin akan membagi dua tipe penonton, yang penasaran dengan kelanjutannya atau malah merasa dicurangi karena tanggung jawab Anggy Umbara sebagai sutradara tak ditepati kepada penontonnya. 


Bagi yang penasaran, tentu akan berharap bahwa performa dari Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 akan memiliki performa yang lebih baik. Ekspektasi seperti ini tentu akan muncul karena Jangkrik Boss bagian pertama hanya memberikan sebuah pengantar ceritanya saja. Sehingga, sisa plot dengan berbagai konfliknya tentu akan berada di bagian keduanya. Memang benar, apabila di bagian kedua ada banyak sekali konflik yang menjalankan filmnya sepanjang 98 menit. Tetapi, tak bisa dipuaskan secara keseluruhan filmnya sendiri.

Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 ini memang tak bisa dikategorikan buruk. Ada beberapa hal di dalam film Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 yang sangat perlu untuk diapresiasi. Tak hanya sekedar membangkitkan semangat nostalgia dari Warkop DKI saja, tetapi juga khasanah perfilman Indonesia. Tetapi, ada beberapa kelemahan yang membuat penontonnya juga akan ikut kelelahan untuk mengikuti tiap menit filmnya. 


Melanjutkan dari Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 1 di mana Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian), dan Indro (Tora Wibowo) yang sudah pergi ke malaysia untuk menemukan harta karun. Di tengah perjalanannya, tasnya tertukar dengan milik seorang wanita bernama Nadia (Fazura). Dia adalah seorang ilmuwan di sebuah Universitas di Malaysia. Dono, Kasino, dan Indro berusaha pun meminta bantuan kepada Nadia untuk membaca peta harta karun tersebut.

Ditemukanlah bahwa peta harta karun tersebut berada di sebuah pulau tersembunyi di Malaysia. Berangkatlah Dono, Kasino, dan Indro dengan teman-temannya ke pulau tersebut untuk menemukan harta karun tersebut agar bisa menebus denda yang harus mereka bayar karena ulah mereka. Ketika sampai di sana, banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang menghantui mereka. Hingga mereka menemukan sebuah kebenaran dengan harta karun tersebut. 


Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 berisikan banyak sekali letupan yang berusaha keras agar membuat penontonnya tertawa. Sehingga, sepanjang 98 menit durasinya penonton dihajar terus dengan berbagai setup comedy yang memiliki niatan menghibur penontonnya. Sayangnya, segala letupan bangunan komedi yang berusaha untuk dibuat oleh Anggy Umbara memang tak sepenuhnya tepat sasaran. Ada komedi yang dapat diterima, tetapi juga tak sedikit komedi yang malah tak tersampaikan dengan baik.

Begitu tumpang tindih set upkomedi yang disampaikan dengan menggebu-gebu oleh Anggy Umbara ini tak lain hanyalah untuk menggenapkan jumlah durasi sehingga menjadi satu film yang utuh. Inilah penyakit dari sebuah film yang dipaksa menjadi dua bagian yang berbeda. Dengan konflik yang harusnya berada di satu film saja, semuanya malah terkesan dipanjang-panjangkan. Beberapa adegan pun bisa dihilangkan demi penceritaan yang lebih efektif.

Tetapi, hal itu adalah keputusan dari sang sutradara sendiri dalam memilih. Di luar bagaimana presentasi film yang terbelah menjadi dua film yang tak efektif, Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 memiliki poin yang perlu diapresiasi. Film arahan Anggy Umbara ini tak sekedar memberikan sebuah euforia atas ketiga komedian legendaris, tetapi juga kepada ranah perfilman Indonesia di era sebelumnya. Hal ini mungkin akan jarang ditemui di dalam film-film Indonesia lainnya. 


Menggunakan konflik dalam filmnya sebagai sebuah napak tilas ini menjadi sebuah cara yang menarik. Kapan lagi kita bisa melakukan perjalanan dari zaman ke zaman tentang film Indonesia dengan kemasan yang menyenangkan. Memberikan tribut kepada perfilman Indonesia pun bisa dilakukan dengan begitu festive dan tak melulu serius. Mengingatkan atau mungkin memperkenalkan kepada semua generasi era film-film Rhoma Irama atau bahkan Suzanna.

Dengan adanya sebuah perayaan tentang perfilman Indonesia, Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 setidaknya memiliki nilai yang masih bisa diangkat. Selebihnya, Warkop DKI Reborn : Jangkrik Boss Part 2 seharusnya akan jauh lebih efektif apabila dirangkum menjadi satu film utuh tanpa dibagi menjadi dua bagian. Meski memiliki maksud untuk memberikan efek nostalgia, seharusnya efek tersebut akan bisa berdampak lebih masif lagi apabila tak menuruti ego dalam memenuhi kuantitas terlebih dalam jumlah penonton.

Rabu, 30 Agustus 2017

REVIEW : WARKOP DKI REBORN: JANGKRIK BOSS! PART 2

REVIEW : WARKOP DKI REBORN: JANGKRIK BOSS! PART 2


“Asal lu tahu, kecepatan paling cepet di dunia itu mencret. Belum sempat kepikir, udah basah… kecepirit…” 

Memecah satu film menjadi dua bagian acapkali tidak memberikan hasil yang memuaskan. Terlebih jika motif utama yang melandasinya sekadar mengeruk uang sebanyak mungkin tanpa pernah memperhatikan kebutuhan cerita. Yang lantas terjadi, ketimpangan kualitas terpampang amat nyata. Satu bagian terasa sangat berisi, sementara bagian lain terasa seperti pelengkap yang dipanjang-panjangkan saja. Rumah produksi Falcon Pictures sempat mengambil keputusan kurang bijaksana ini untuk Comic 8: Casino Kings yang sejatinya sama sekali tidak membutuhkan dua bagian mengingat plotnya sendiri tidak memiliki kompleksitas berarti. Dicibir sebagian pihak, nyatanya keputusan beresiko tersebut berbuah manis. Tidak mengherankan saat kemudian rilisan besar terbaru mereka, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss!, arahan Anggy Umbara mendapatkan perlakuan serupa yakni dibagi ke dalam dua bagian. Sulit terhindarkan, belum apa-apa sudah muncul semacam kecemasan tontonan yang memberi penghormatan kepada grup lawak legendaris, Warkop DKI (Dono Kasino Indro), ini bakal menghadapi problematika senada seperti film yang memakai embel-embel ‘part’ lainnya. Yang lantas memunculkan secercah harapan, pernyataan dari si pembuat film yang mengatakan bahwa sejak awal film telah diniatkan untuk dibagi menjadi dua jilid. Memupuskan sedikit keraguan terhadap Part 2 yang mungkin saja kurang menghibur karena kesenangan sudah digeber habis di Part 1. Betulkah tidak ada yang perlu dikhawatirkan? 

Bagi kamu yang belum sempat menonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, namun menunjukkan ketertarikan ingin menyaksikan Part 2, tak perlu risau akan tersesat dalam penceritaan. Sebelum kisah petualangan Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian), serta Indro (Tora Sudiro) dalam berburu harta karun di Malaysia berlanjut, penonton diajak mengilas balik ke serentetan kejadian di Part 1 terlebih dahulu. Hitung-hitung, menyegarkan ingatan. Selepas recap ditunaikan, film memulai guliran pengisahannya tepat setelah trio DKI beserta Sophie (Hannah Al Rashid), rekan kerja mereka dari CHIPS cabang Prancis, kehilangan jejak perempuan cantik berbaju merah yang disinyalir membawa tas berisi kode harta karun milik mereka. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari tas milik si perempuan, mereka diarahkan ke Perpustakaan Pusat yang kemudian mengantarkan mereka ke Pulau Langkawi. Di sana, kuartet asal Indonesia ini akhirnya berjumpa dengan si empunya tas yang tak lain tak bukan adalah seorang peneliti bernama Nadia (Nur Fazura). Menyadari Nadia mempunyai setumpuk informasi berharga mengingat statusnya sebagai penduduk setempat dan profesinya, trio DKI dan Sophie pun mengajak Nadia turut serta untuk berburu harta karun. Sebagai imbalannya, mereka akan bagi hasil. Kode harta karun yang mereka bawa lantas menuntun kelimanya menuju sebuah pulau tak berpenghuni di ujung barat. Berbagai peristiwa seram nan konyol yang turut melibatkan makhluk-makhlub gaib pun mewarnai petualangan mereka. 

Rupa-rupanya, kekhawatiran bahwa Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 akan berakhir kopong dan garing lantaran kandungan hiburannya telah dipergunakan secara maksimal di Part 1 tidaklah terbukti. Selepas menyaksikan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2, barulah saya memahami mengapa si pembuat film begitu kekeuh memecah satu judul ini ke dalam dua bagian. Part 1 lebih bersifat sebagai babak introduksi yang memberi kesempatan kepada para penggemar Warkop DKI untuk mengakrabi kembali idolanya dalam ‘wujud’ baru sekaligus memberi kesempatan kepada para generasi muda yang tidak terlalu familiar dengan Warkop DKI berikut gaya ngelabanya untuk berkenalan. Inti konfliknya pun belum benar-benar dimunculkan – baru sebatas pemicunya – dan hampir sebagian besar durasi dibentuk selayaknya sketsa berisi kumpulan adegan ngelawak yang memadukan lawakan lawas sang legenda dengan kreasi baru. Barulah di Part 2 ini, penonton melihat para protagonis utama dihadapkan persoalan sesungguhnya seiring mulai berlangsungnya petualangan di Negeri Jiran. Tidak lagi menyerupai sketsa, humor dalam Part 2 terintegrasi dengan baik ke dalam plot yang sekali ini referensi utamanya adalah Setan Kredit dan IQ Jongkok. Yang menarik, tidak seperti katakanlah Comic 8: Casino Kings Part 2 yang berasa repetitif, tergolong kosong dan seolah sekadar pelengkap untuk jilid sebelumnya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 memang mempunyai jalinan pengisahan cukup memadai dan mengikat buat diikuti untuk diterjemahkan menjadi satu film.


Berita bagus lainnya untuk para penonton, tiada kelakar yang direduksi dalam Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 demi memberi ruang lebih bagi sesi petualangan maupun aksi. Malahan, Anggy Umbara beserta dua penulis skrip, Bene Dion Rajagukguk dan Andi Awwe Wijaya, memilih untuk melipatgandakannya. Sebuah keputusan yang berpotensi mendatangkan ‘kerusuhan’ di dalam bioskop. Sebentar, sebentar, ‘kerusuhan’? Ya, saat saya menontonnya di Gala Premiere beberapa waktu lalu, suasana senyap tak pernah sekalipun terjadi. Gelak tawa heboh dari penonton hampir selalu terdengar di sepanjang durasi. Betapa tidak, sedari menit pembuka yang tepat melanjutkan apa yang tertinggal dari Part 1, penonton telah dihujani dengan banyolan-banyolan penggelitik saraf tawa meliputi keributan dengan penjual sabuk, toko serba KW yang memberi penghormatan ke Sama Juga Bohong, serta pertengkaran akibat lokasi toilet. Baru juga mereda, tawa berderai-derai lain dapat dipastikan muncul saat trio Warkop DKI beradu mulut dengan penjaga perpustakaan bersuara toa. Jika kamu berpikir bahwa humornya tidak bisa lebih lucu lagi, tunggu sampai kamu dibawanya mengikuti kelima tokoh dalam film menjejakkan kaki di pulau seram tak berpenghuni. Dimulai dari sini, kegilaannya semakin tak terbendung apalagi tatkala mereka bersentuhan dengan televisi ajaib yang memberi tawa heboh itu. Dilontarkan secara gesit dalam bentuk beraneka ragam (entah dialog sarat referensi yang terkadang nyentil, situasi ganjil, atau slapstick) dengan ketepatan waktu yang layak diacungi jempol membuat sebagian besar humor berhasil mengenai sasarannya. 

Satu dua keluhan tentu ada. Adegan di laboratorium yang melibatkan aktris Malaysia Nora Danish, daya bunuh komedinya tidak terlalu kuat begitu pula momen musikal Andeca Andeci. Pertarungan Indro melawan pocong, lalu Kasino melawan pohon hidup pun berlangsung agak terlalu lama dari semestinya yang sedikit banyak melunturkan kelucuannya. Mengalami sedikit sendatan di beberapa titik, untungnya tak mengganggu kesenangan secara keseluruhan yang diciptakan oleh Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2. Ketimbang jilid sebelumnya, Part 2 jelas lebih mengasyikkan, menghibur dan kocak. Sekali ini, penonton tidak saja diajak bernostalgia ke masa-masa kejayaan Warkop DKI tetapi juga bernostalgia dengan beberapa karakter / film Indonesia klasik. Dari sisi permainan lakon, trio Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro terasa semakin menyatu ke dalam karakter yang mereka mainkan khususnya Abimana dan Vino yang tampak meyakinkan sebagai Dono serta Kasino. Ketiganya memperoleh dukungan sangat baik dari barisan pemain pendukung seperti Indro Warkop, Hannah Al Rashid, Nur Fazura, Nora Danish, serta Babe Cabita dalam penampilan yang sangat menggelitik. Ya, departemen akting adalah salah satu kunci yang menjadikan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 terasa begitu semarak disamping penyutradaraan, naskah, tata kamera oleh Yunus Pasolang yang memberi kesan vintage, iringan musik gubahan Andhika Triyadi, penyuntingan dari Wawan I Wibowo, dan polesan efek khusus. Sungguh sebuah penghormatan yang pantas bagi Warkop DKI dan sungguh pecah sekali film ini!

Ulasan ini bisa juga dibaca di http://tz.ucweb.com/9_a5nd

Outstanding (4/5)