Tampilkan postingan dengan label Mantan Film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mantan Film. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Juni 2017

REVIEW : MANTAN

REVIEW : MANTAN


“Pernah nggak kamu kepikiran, orang yang deket sama kamu itu jodoh yang dikasih Tuhan apa nggak?” 

Setiap mantan kekasih pastinya menggoreskan cerita dan pengalaman berbeda-beda untuk dikenang. Ada yang menyenangkan, memilukan, menjengkelkan, sampai biasa-biasa saja. Tatkala kenangan buruk lebih sering menghinggapi selama menjalin tali asmara, umumnya hubungan berakhir secara tidak baik yang berdampak pada keinginan untuk tidak lagi saling berkomunikasi demi menghempaskan memori-memori buruk. Kurang lebih, seperti diutarakan Geisha dalam tembang “Lumpuhkan Ingatanku”. Akan tetapi, pernahkah terlintas di pikiran bahwa jalan terbaik untuk berdamai dengan masa lalu agar dapat melanjutkan hidup tanpa ada beban di hati adalah memaafkan alih-alih melupakan? Gandhi Fernando (The Right One, Midnight Show) agaknya mempunyai pemikiran senada karena seperti apa yang dituangkannya dalam film terbaru keluaran Renee Pictures, Mantan, yang menampilkannya sebagai pelakon sekaligus penulis skrip, mantan tidak semestinya dihempas begitu saja dari ingatan terlebih jika menyisakan persoalan belum terselesaikan di masa lampau. Semestinya kita bersilaturahmi dengan mantan, lalu mengajaknya untuk berkonsiliasi. Siapa tahu soulmate yang sesungguhnya untuk kita ada diantara mereka. Dalam? Ya. Tapi jelas tidak mudah untuk dilakukan. 

Dalam Mantan, Gandhi Fernando memerankan Adi, seorang kolumnis majalah percintaan, yang mengunjungi kelima mantan kekasihnya di beberapa kota demi memastikan bahwa tunangannya memang benar-benar tambatan hatinya sebelum mereka mengikat janji pernikahan secara resmi. Mantan pertama yang dikunjunginya adalah Ella (Ayudia Bing Slamet) di Bandung. Keduanya menjalin hubungan semasa masih duduk di bangku SMA dan perpisahan diantara mereka berlangsung jauh dari kata mengenakkan. Mengingat ada masalah di masa lalu, reuni dengan Ella yang kini telah berumah tangga pun tidak berlangsung mulus. Mencuat pertikaian diantara mereka terlebih saat terungkap fakta dibalik alasan Adi dan Ella berpisah. Selepas permulaan yang buruk, Adi bertolak ke Jogja guna menemui mantan kedua, Frida (Karina Nadila). Ketimbang Ella, Frida lebih bisa menerima kehadiran Adi sekalipun argumentasi hebat tetap tak terelakkan. Dari Jogja, Adi meluncur ke Bali untuk melepas rindu bersama Juliana (Kimberly Ryder) lalu berlanjut menjumpai mantannya yang dulu beprofesi sebagai penyanyi, Tara (Luna Maya), di Medan. Perjalanan Adi yang melelahkan untuk menemui para mantan ini mencapai ujungnya di Deedee (Citra Scholastika) yang bermukim di Jakarta.


Harus diakui, Mantan sebetulnya mempunyai premis menggelitik, menjual, sekaligus accessible bagi penonton kebanyakan terlebih jika mempunyai pengalaman menarik dengan mantan kekasih di masa lalu. Hanya saja, entah dilandasi oleh keterbatasan bujet atau murni pilihan kreatifitas si pembuat film, Mantan mengambil pendekatan penceritaan yang bisa dikata tidak umum bagi penonton awam walau metodenya sendiri telah diaplikasikan beberapa kali di sinema dunia dan sedikit banyak mengingatkan pada film perdana Renee Pictures, The Right One. Setidaknya ada dua hal yang perlu diketahui soal Mantan. Pertama, jalinan pengisahan dalam film digerakkan hampir sepenuhnya oleh dialog, dan kedua, sebagian besar durasi dihabiskan di kamar hotel yang menjadi tempat pertemuan antara Adi dengan mantan-mantannya. Sedari mantan pertama, penonton telah diboyong memasuki kamar hotel dan menyaksikan argumentasi antar dua manusia yang mengungkit-ungkit masa lalu. Siklusnya terus berulang hingga mencapai mantan keempat. Svetlana Dea selaku sutradara beserta Gandhi Fernando lantas sedikit membelokkannya begitu sampai di Deedee lantaran sang mantan tidak menyimpan duka lara dan Adi telah mempelajari kesalahan-kesalahannya dari keempat mantan yang ditemuinya terlebih dahulu. Melalui mantan-mantannya tersebut pula, penonton mempelajari karakteristik dari si tokoh utama. 

Menyimak adu mulut di hampir sepanjang durasi memang terdengar melelahkan apalagi sang sutradara masih terlihat kagok dalam mengeksekusi adegan yang menyebabkan intensitas tak menentu. Namun yang membuat setiap pertemuan yang umumnya berlanjut ke pertengkaran ganas dalam film terasa enak untuk diikuti serta ada kalanya terasa menghibur adalah dialog-dialog renyah sarat humor kreasi Gandhi dan performa memikat dari barisan pelakonnya. Beruntung bagi Mantan dapat merekrut Ayudia Bing Slamet, Kimberly Ryder, dan Luna Maya untuk bergabung ke dalam departemen akting karena film menunjukkan kekuatannya ketika berada di segmen Ella, Juliana, serta Tara. Penonton dapat merasakan adanya kemarahan mendidih dalam sosok Ella melalui intonasi, gestur, dan air muka yang diperagakan secara tepat sasaran oleh Ayudia, lalu Luna Maya dengan karisma seorang perempuan mapan yang memancar membuat kita bisa memahami mengapa Adi klepek-klepek kepada Tara, dan Kimberly Ryder yang menunjukkan performa amat luwes dan terbaik dalam karir berlakonnya (serius, dia semestinya bisa lebih besar dari sekarang!) mempersembahkan pertikaian paling memiliki intensitas dalam film yang dipicu oleh kompleksitas dari karakter Juliana. Tidak seperti keempat mantan lainnya yang menunjukkan posisinya secara gamblang, Juliana menunjukkan ambiguitas yang lantas membentuk satu kecurigaan: jangan-jangan, sebetulnya dia masih menyimpan rasa kepada Adi?

Note : Ada mid-credits scene di sela-sela bergulirnya credit title yang layak dinanti. Jangan buru-buru beranjak.

Acceptable (3/5)