Tampilkan postingan dengan label indie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indie. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Februari 2018

Chasing Amy (1997) : Review & Analysis

Chasing Amy (1997) : Review & Analysis

A little note for me :
Hai, guys. Ga kerasa sudah hampir 2 bulan sejak terakhir kali saya nulis artikel di blog ini. Yang terjadi adalah seperti ini:  saya terbentur dengan kenyataan bahwa nulis blog tidak menghasilkan uang. Jadi, terpaksa deh blog ini jadi agak terbengkalai. Selama 2 bulan ini saya disibukkan dengan perkara pragmatis keduniawian sehingga ga sempat nulis blog. Bahkan nonton film (apalagi di bioskop) sudah jarang-jarang. Ditambah lagi, ga ada lagi unlimited wifi di rumah (So, selamat tinggal film-film nominasi Oscar...). Dan sekalinya saya nganggur, saya cuma bisa melirik koleksi film-film lawas saya yang belum sempat saya tonton dan berusaha memaksakan diri untuk mulai nulis blog lagi.

Oh, I know you miss me.. *cuih.
Maafkan ya kalo tulisan kali ini rada kacau, begitu lama nggak nulis otak saya jadi mampet.




"Since you like chicks, right, do you just look at yourself naked in the mirror all the time?"


RottenTomatoes: 88% | IMDb: 7,3/10 | Metascore: 71/100 | NikenBicaraFilm: 4/5

Rated: R
Genre: Drama, Comedy, Romance

Directed by Kevin Smith ; Produced by Scott Mosier ; Written by Kevin Smith ; Starring Ben Affleck, Joey Lauren Adams, Jason Lee, Dwight Ewell, Jason Mewes, Kevin Smith ; Music by David Pirner ; Cinematography David Klein ; Edited by Scott Mosier, Kevin Smith ; Production company View Askew Productions ; Distributed by Miramax Films ; Release date April 4, 1997 ; Running time 113 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $250,000

Story / Cerita / Sinopsis :

Holden (Ben Affleck) dan Banky (Jason Lee) adalah sahabat lama sekaligus comic artist yang menulis komik bersama. Suatu hari Holden bertemu seorang perempuan menarik, Alyssa (Joey Lauren Adams) dan jatuh cinta kepadanya - bahkan setelah mengetahui kalau Alyssa adalah seorang lesbian. Hal ini kemudian tidak hanya mempengaruhi hidup Holden namun juga persahabatannya dengan Banky. 

Review / Resensi :

Saya sebenarnya belum familiar dengan film-film Kevin Smith, dan ini adalah film pertama doi yang saya tonton. Selain indie-movie Clerks (1994), Chasing Amy sering disebut sebagai salah satu film terbaik dari Kevin Smith - dan konon katanya merupakan salah satu film tahun 1997 yang menjadi favorit Quentin Tarantino. Ga cukup bertindak sebagai penulis naskah sekaligus sutradara, Kevin Smith juga jadi aktor yang memerankan Silent Bob - salah satu anggota dari duo Jay and Silent Bob - yang merupakan karakter fiksi yang nongol di hampir setiap film-film Kevin Smith dan membentuk universe sendiri: Askewniverse. 

Dengan plot mengenai protagonis cowok yang jatuh cinta dengan perempuan lesbian, kamu mungkin sudah bisa menebak kalau Chasing Amy adalah sebuah film romance-comedy drama yang berbeda dari film-film sejenis kebanyakan. Melalui Chasing Amy, Kevin Smith nggak cuma ngomongin soal cinta, tapi juga membahas tentang seksualitas, persahabatan, serta garis batas abu-abu antara seks dan cinta. Saya sih bahkan merasa film ini jauh melampaui masanya - which is tahun 1997, yang artinya sudah 20 tahun lalu. Isu LGBT dan gender mungkin sudah merupakan isu yang telah lama didengungkan di Amerika Serikat, namun saya rasa bahkan hingga 20 tahun kemudian isu ini masih menjadi isu yang memicu pro kontra di Amerika Serikat (dan apalagi Indonesia dengan kaum bigot homophobicnya yang mendadak jadi agamis saat ngomongin homoseksual tapi khilaf saat menikmati girl-on-girl action).

Saya mungkin ga familiar dengan film Kevin Smith, namun menonton film doi untuk pertama kali saya langsung bisa membaca ciri khasnya yang menjadikan Chasing Amy sebagai sebuah drama unik yang "Kevin Smith" banget. Selain performa manja-seksi dari Joey Lauren Adams, kekuatan utama Chasing Amy hadir melalui naskahnya yang cerdas dan nonjok. Sentuhan humornya yang pintar dan sedikit sarkastik merupakan unsur hiburan tersendiri. Film ini juga punya dialog-dialog yang ramai, seru, dan asyik. Bahasanya mungkin kelewat kasar dan dengan istilah-istilah slang yang buat saya pribadi agak membingungkan, tapi overall masih bisa dinikmati. Cuma saya rasa ga banyak orang yang bisa menikmati film yang terlalu "berisik" ini. 

But anyway, setau saya di kalangan LGBT community sendiri Chasing Amy mendapatkan protes keras karena mereka menuduh Kevin Smith seolah-olah hendak mengatakan bahwa seorang lesbian hanya butuh pria yang tepat untuk mengubahnya ke jalur yang "lurus" (Just like Banky said: "All every woman really wants, be it mother, senator, nun, is some serious deep-dickin',"). Lesbian sepertinya cuma sekedar fase dari seorang perempuan yang bereksperimen dengan kehidupan seksualnya. Tapi coba simak dialog renungan Alyssa kepada Holden:
"And while I was falling for you I put a ceiling on that, because you *were* a guy. Until I remembered why I opened the door to women in the first place: to not limit the likelihood of finding that one person who'd complement me so completely. So here we are. I was thorough when I looked for you. And I feel justified lying in your arms, 'cause I got here on my own terms, and I have no question there was some place I didn't look. And for me that makes all the difference,".
Saya rasa di sini Kevin Smith berusaha mendobrak batas standar yang tidak hanya diterapkan oleh heteroseksual yang homophobic, namun juga dari komunitas LGBT sendiri: bahwa stop melabeli diri sendiri dengan straight, gay, atau bahkan biseksual. Mungkin orientasi seksual manusia tidak semuanya biner. Gampangnya: jika emang cinta, ya cinta aja! Inilah kenapa saya rasa Chasing Amy mengangkat kisah yang jauh melampaui masanya.

Dilihat dari perspektif lain, Kevin Smith juga tampaknya tidak ingin terjebak pada dikotomi mayoritas (heteroseksual - cissgender) yang berkuasa dan sewenang-wenang dan minoritas (LGBTQ) yang kasihanatau politik seksual dengan propagandanya yang mencitrakan LGBT sekedar sebagai komunitas sosial korban diskriminasi yang patut dikasihani. Tengok scene ketika Alyssa mendapatkan tanggapan yang tidak mengenakkan dari teman-teman lesbiannya ketika dia mengatakan bahwa dia jatuh cinta dengan seorang pria. Bagi saya ini seperti sindiran bahwa kaum LGBT bisa juga bersikap sama seperti kaum heteroseksual yang mengucilkan temannya yang mengaku gay.

Oke, selanjutnya ulasan ini akan mengandung spoiler karena saya pengen ngebahas endingnya yang sepintas kayak ga masuk akal. Saya.... sebenarnya cukup shock dengan endingnya, atau dalam hal ini keputusan Holden (Ben Affleck) yang mengusulkan untuk melakukan threesome antara dirinya, Alyssa dan Banky untuk memperbaiki hubungan di antara mereka. Saya merasa usulan ini terdengar seperti lelucon. But is it? Saya tahu Kevin Smith pasti sudah memikirkan ending filmnya dengan cukup baik, sehingga ide threesome dari Holden ini pasti ada maksudnya.

Lalu inilah yang kemudian saya simpulkan...

Pertama, Kevin Smith kayaknya memang berusaha untuk tidak membuat Chasing Amy berakhir klise. Jikalau klise, maka endingnya kurang lebih akan seperti ini: Holden merasa ia telah melakukan kesalahan, ia akan meminta maaf pada Alyssa, berusaha menerima masa lalu Alyssa dan menyadari bahwa di luar petualangan seksual Alyssa yang sebelumnya liar, ia tahu bahwa Alyssa menemukan cinta pada dirinya. Yap. That's very cliche yang mungkin akan kamu temukan di banyak film romantis lainnya.

Kedua, usul threesome itu terdengar konyol... karena Holden memang konyol dan tidak dewasa. Sepanjang film kita akan merasa bahwa Holden dan Banky mempunya karakter dan pemikiran yang berbeda. Banky cenderung lebih homophobic dan pemarah - ia bertingkah sangat kekanak-kanakan. Sementara Holden tampak sebagai pria open minded dan lebih dewasa. Namun rupanya Holden kemudian terjebak pada pemikiran yang sama konyolnya: ia tidak terima ketika menyadari bahwa ia bukan satu-satunya pria dalam hidup Alyssa. Alyssa boleh meniduri banyak wanita di dunia, namun dengan egoisnya Holden ga terima ketika ternyata Alyssa pernah meniduri lelaki lain (atau lebih tepatnya: dua lelaki sekaligus). Ini seperti konsep serupa betapa banyak lelaki yang terlalu memuja keperawanan dan bernafsu memerawani perempuan.

Seperti yang sudah saya bahas pada kesimpulan pertama, sebuah ending yang klise akan membuat Holden bisa menerima masa lalu Alyssa. Ia akan merasa bangga jika dirinya bisa menyadari bahwa di antara banyak petualangan seks Alyssa, Alyssa justru menemukan cinta sejati pada dirinya: seorang pria membosankan. Dan ini seperti impian yang diidam-idamkan perempuan yang mencintai pria playboy. Mungkin perempuan naif itu akan berpikir seperi ini: Oh.... that bad boy was fooled around but then suddenly fell in love with me! Sang playboy tobat, dan sang perempuan bisa bangga ia bisa "menaklukkan" pemuda liar. But then again, perspektif pria dan wanita dipengaruhi standar ganda hasil budaya patriarki. Kita jauh lebih permisif terhadap pria yang main perempuan, namun sekalinya perempuan ada yang berani mengeksplorasi seksualitasnya, oh... she's a slut. Tak peduli ia sudah "tobat" atau tidak, citra yang melekat tetaplah murahan. Dan inilah yang tidak bisa dihilangkan dari benak Holden.

Karena itulah ia kemudian mengusulkan ide yang beneran konyol: threesome. Ia mendengar cerita Chasing Amy dari Silent Bob lalu menyadari bahwa dirinya yang kalah jumlah dan variasi petualangan seks dibandingkan pacarnya membuatnya merasa insecure. Namun alih-alih menerima kenyataan itu, ia justru berusaha mencari petualangan seks yang sama. Ia mengajukan usul threesome - dengan bodohnya - tanpa menyadari bahwa Alyssa sudah bukan lagi perempuan seperti dulu.
I love you, I always will. Know that. But I'm not your fucking whore.
Holden rupanya, masih seorang pria dengan pandangan sempit.


Overview :

Sebuah drama dengan kisah yang unik dari tahun 90-an yang pastinya wajib ditonton bagi penggemar film. Kevin Smith cukup berani untuk mengeksplorasi cinta, seksualitas, orientasi seks dan hubungan asmara lewat filmnya ini. Dialognya asyik, seru, nakal, namun juga dalam dan nonjok di saat yang diperlukan. Sentuhan humornya cerdas sekaligus konyol. Joey Lauren Adams memberikan performa menarik sebagai gadis yang manja-dan seksi dan Ben Affleck mengingatkan saya bahwa dia sebenarnya aktor yang cukup baik. Chasing Amy juga dipenuhi referensi pop-culture yang terasa sangat 90's hingga jika seseorang bertanya kepada saya film apa yang 90's banget? Saya mungkin akan merekomendasikan film ini.

Rabu, 30 Agustus 2017

Only Lovers Left Alive (2013) (4,5/5)

Only Lovers Left Alive (2013) (4,5/5)

How can you've lived for so long and still not get it? This self obsession is a waste of living. It could be spend in surviving things, appreciating nature, nurturing kindness and friendship, and dancing. You have been pretty lucky in love though, if I may say so.
RottenTomatoes: 86% | IMDb: 7,3/10 | Metascore: 79/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated: R | Genre: Drama


Directed by Jim Jarmusch ; Produced by Jeremy Thomas, Reinhard Brundig ; Written by Jim Jarmusch ; Starring Tilda Swinton, Tom Hiddleston, Mia Wasikowska, Anton Yelchin, Jeffrey Wright, Slimane Dazi, John Hurt ; Music by Jozef van Wissem, Yasmine Hamdan, SQÜRL ; Cinematography Yorick Le Saux ; Edited by Affonso Gonçalves ; Production companyRecorded Picture Company, Pandora Film ; Distributed by Soda Pictures (United Kingdom), Pandora Film Verleih (Germany) ; Release date25 May 2013 (Cannes), 25 December 2013 (Germany), 21 February 2014 (United Kingdom) ; Running time123 minutes ; Country United Kingdom, Germany ; Language English ; Budget $7 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Adam (Tom Hiddleston) adalah seorang vampir penyendiri di Detroit yang sedang depresi dan nampaknya berencana untuk bunuh diri. Sang kekasih, Eve (Tilda Swinton) pun datang untuk menemani sang suami. 

Review / Resensi :
Dalam pop culture, vampir digambarkan sebagai makhluk menakutkan yang mampu hidup selama ratusan atau bahkan ribuan tahun, suka minum darah dan mengancam keselamatan manusia. Film tentang vampir mungkin sudah sering kita tonton, terutama dalam genre yang sudah sepantasnya: horror. Terlepas dari ceritanya yang cheesy abiz, Twilight harus diakui mem-booming-kan kembali vampir ke dunia hiburan - walaupun novelnya sendiri seperti mendegradasi citra vampir itu sendiri. Sedangkan TV series True Blood agak berbeda, menampilkan citra vampir yang hot dan seksi (Alexander Skarsgaard omaygat!). Kalau kamu butuh film horror vampir yang keren, kamu bisa menonton Let The Right One In (atau US versionnya, Let Me In, yang menurut saya lebih bagus) dan A Girl Walks Home Alone at Night. Only Lovers Left Alive adalah film tentang vampir-vampiran juga, namun di tangan Jim Jarmusch - sutradara indie-hipster Amerika Serikat - Only Lovers Left Alive menampilkan citra vampir yang tidak pernah hadir sebelumnya: vampir yang berbudaya!

Kurang lebih Only Lovers Left Alive adalah sebuah film drama romantis antara dua vampir old-soul yang telah hidup ratusan (atau ribuan) tahun, Adam (Tom Hiddleston) dan Eve (Tilda Swinton). Adam, adalah seorang underground musician yang tinggal di Detroit. Ia mungkin vampir paling sendu yang pernah ada: penyendiri, depresi, dan muak dengan para manusia yang disebutnya "zombie". Sedangkan sang kekasih, Eve, tinggal di Tangier, Maroko, sedikit lebih ceria dan bijaksana. Mengetahui bahwa sang suami sedang "galau", Eve pun mengunjungi sang suami. Sesungguhnya tidak banyak yang kita ketahui dari kedua vampir ini, Jim Jarmucsch hanya melempar sedikit petunjuk dalam dialog-dialognya yang mengalir. 

Film Jim Jarmusch yang sudah pernah saya tonton sejauh ini baru Paterson, jadi saya belum cukup familiar dengan gaya bertuturnya. Bagi kebanyakan penonton awam, Only Lovers Left Alive mungkin sangat membosankan. Filmnya nyaris tanpa konflik berarti dengan suara datar Tom Hiddleston yang berasa kayak "sudah bosan hidup", sebagian besar isi filmnya hanya tentang para vampir itu yang mengobrol santai sambil berkontemplasi. Namun entah bagaimana, Only Lovers Left Alive bisa menyeret saya ke dalam ceritanya yang berdurasi 2 jam lebih dikit. Melalui sudut pandang makhluk yang hidup ratusan tahun, Jim Jarmusch menyampaikan muatan-muatan kegelisahan filosofisnya soal hidup dan manusia dalam dialog-dialognya yang ringan tapi menarik. Jika kamu adalah seorang makhluk yang hidup selama beratus-ratus tahun, maka seharusnya kamu jadi makhluk yang bijaksana dan berintelektual tinggi - dan ini yang ia wujudkan dalam kehadiran sosok Adam dan Eve. Mungkin mereka terasa seperti pretentious snob, tapi jika kamu hidup selama ratusan tahun dan harus hidup berdampingan bersama "makhluk-makhluk bodoh" macam manusia, rasanya mustahil untuk tidak jadi makhluk menyebalkan dan sok tahu. Vampir yang hidup jauh lebih lama daripada manusia jelas lebih bisa melihat dari sudut pandang yang lebih luas dibandingkan manusia dengan usia pendek yang membuatnya tidak punya cukup waktu untuk belajar dari kesalahannya.

Lalu, bagaimana seharusnya makhluk yang telah hidup ratusan tahun menjalin hubungan percintaan? Jim Jarmusch menangkap esensi itu dalam menggambarkan hubungan Adam dan Eve. Mereka jelas sudah bukan pasangan dimabuk asmara yang merasa dunia milik berdua, sebaliknya hubungan percintaan mereka sekilas terasa dingin - namun masih punya pondasi dan chemistry yang kokoh. Mereka bahkan tidak perlu tinggal bersama (yang tidak dijelaskan alasannya), namun masih saling mencintai dan peduli. Tom Hiddleston dan Tilda Swinton menjadi pasangan vampir paling romantis yang pernah ada, dalam caranya yang terasa subtle namun tetap manis. Kita bisa melihatnya melalui adegan keduanya saat berdansa bersama, atau sexual scene-nya yang sekedar dihadirkan dalam nude-scene saat keduanya tidur yang tampak artistik, atau melalui gestur sentuhan kecil saat keduanya bersama, saat keduanya menghadapi konflik kecil yang diakibatkan adik Eve, Ava (Mia Wasikowska), hingga saat mereka menyusuri jalanan kota Detroit yang telah mati sambil berbincang ringan dan random. Adam yang sendu dan mencintai masa lalu, dan Eve yang lebih bijaksana dan optimis - keduanya bagaikan hitam dan putih yang saling melengkapi. Kalau saya jadi vampir dan bisa hidup ratusan tahun, keduanya adalah relationship goal. Sudah kawin ratusan tahun dan masih setia!

Dengan rambut acak-acakan yang kabarnya wignya terbuat dari campuran rambut manusia dan bulu kambing, Tom Hiddleston dan Tilda Swinton bermain sangat baik dengan chemistry yang terasa indah dan romantis untuk ditonton. Tom Hiddleston memainkan karakter Adam dengan baik - sebagai vampir tua pemurung yang nampak lelah dengan hidup, sedangkan Tilda Swinton...oemji, dengan kulit pucat bak pualam dan kecantikan yang unik, kayaknya ga ada aktris yang lebih baik lagi berperan sebagai ratu vampir selain doi! Mia Wasikowska tampil mencuri perhatian sebagai adik Ava, adik Eve, yang enerjik dan jauh kekanak-kanakan dibandingkan sang kakak. Menyenangkan melihat Mia Wasikowska yang biasanya berakting melankolis dan sendu di sini ia tampil ceria dan agak annoying.

Only Lovers Left Alive juga merupakan sebuah film yang indah, artistik, dan.... seksi. Komposisi musik yang digarap Jozef van Wissem - dengan nuansa campuran grunge, soul, dan eksotika musik ala Timur Tengah - sangat cocok dengan mood Only Lovers Left Alive sebagai film indie-vampir yang bernuansa gothic, rock and roll, dan gloomy. Salah satu soundtrack film terkeren yang pernah saya tahu. Visualnya yang digarap sinematografer Yorick Le Saux, dalam balutan warna-warna gelap yang seksi, juga begitu memanjakan mata dari awal dari akhir - sangat instagrammable!

Overview:
Only Lovers Left Alive adalah film indie vampir yang unik, seunik penampilan sang sutradara, Jim Jarmusch. Mungkin menonton hidup vampir yang ternyata datar-datar saja terasa sedikit membosankan, namun entah bagaimana dengan sedikit selipan humornya dan dialog-dialognya ringan namun dalam dan filosofis, Only Lovers Left Alive berhasil membuat saya menontonnya tanpa kebosanan. Tom Hiddleston dan Tilda Swinton tampil sangat baik sebagai pasangan vampir hipster paling romantis. Soundtrack music-nya indah (dan seksi), dengan visual yang super artsy.