Tampilkan postingan dengan label Vin diesel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Vin diesel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Mei 2017

GUARDIANS OF THE GALAXY Vol. 2 (2017) REVIEW : Sekuel Dengan
Kemeriahannya Yang Berbeda

GUARDIANS OF THE GALAXY Vol. 2 (2017) REVIEW : Sekuel Dengan Kemeriahannya Yang Berbeda


Marvel Cinematic Universe fase ketiga sudah berjalan dengan diawali dari Captain America : Civil War di April 2016 lalu. Perjalanan fase ketiga ini memiliki lebih banyak komplikasi dibandingkan dengan beberapa fase sebelumnya. Tibalah di mana fase ketiga ini akan lebih membahas banyak tentang orang-orang yang berada di sekitar Infinity Stone. Mulai dari Doctor Strange, Guardians of The Galaxy Vol. 2, dan Thor : Ragnarok. Semuanya akan berada di titik temu fase ketiga yaitu Avengers : Infinity War yang akan bertarung melawan Thanos.

Di bulan April ini, para mantan penjahat dengan tujuan heroik ini akan menyapa penontonnya di edisi kedua filmnya. Guardians of The Galaxy Vol. 2 tetap diarahkan oleh sutradara film pertamanya yaitu James Gunn dengan naskah yang juga ditulis olehnya. Film pertamanya telah sukses merebut perhatian banyak orang sebagai sebuah film manusia super dengan latar belakang cerita yang cukup unik di jajaran film milik Marvel Cinematic Universe. Kelanjutan filmnya pun tentu dinanti banyak orang karena selain menjadi superhero yang berbeda, tetapi warna cerita di dalam filmnya pun unik dibanding yang lain.

Guardians of The Galaxy Vol. 2hadir dengan performa yang sama menyenangkannya dengan film pertamanya. James Gunn berusaha untuk agar Guardians of The Galaxy Vol. 2 masih memiliki ritme dan tempo yang sama dengan film pertamanya. Hanya saja, sebagai film sekuel tentu James Gunn berusaha memikirkan poin pembeda dari filmnya. Apabila Guardians of The Galaxy edisi pertama konflik yang lebih universal, di film keduanya para mantan penjahat ini lebih terfokus terhadap permasalahan internal yang bisa mendekatkan penontonnya kepada setiap karakternya. 


Kali ini masalah hadir saat para penjaga galaksi ini sedang pergi ke sebuah planet yang menjadi kliennya. Mereka membantu Ayesha (Elizabeth Debicki) dengan imbalan membebaskan saudara perempuan Gamora (Zoe Saldana) yaitu Nebula (Karen Gillan). Tetapi, Rocket Raccoon (Bradley Cooper) mencuri benda penting milik Ayesha sehingga mereka pun menjadi buron dan dikejar oleh anak buahnya. Di tengah pelarian dan membela dirinya, mereka diselamatkan oleh ayah dari Star Lord (Chris Pratt).

Star Lord sudah lama menanyakan perihal ayahnya yang menghilang begitu saja dari kehidupannya yang ternyata adalah seorang dewa bernama Ego (Kurt Russell). Ketika Star Lord memiliki banyak pertanyaan tentang hidupnya, bahaya telah datang dan mengancam Star Lord beserta timnya yaitu Drax (Dave Bautista), Rocket, Groot (Vin Diesel), dan Gamora. Mereka diincar oleh The Ravager, tim yang diketuai oleh Yondu (Michael Rooker), mereka ditugaskan oleh Ayesha untuk menangkap para penjaga galaksi ini. 


Tak mungkin bagi banyak orang untuk tak membandingkan sekuelnya kali ini dengan film pertamanya. Guardians of The Galaxy memang menjadi salah satu fenomena baru di Marvel Cinematic Universe. Filmnya yang pertama ternyata tak disangka akan memunculkan penggemar baru sehingga edisi kedua ini akan sangat dinantikan. Beruntung, James Gunn tetap memiliki cita rasa yang sama dan dijadikan dasar dalam pengarahannya untuk tetap memuaskan para penggemarnya di edisi kedua.

Sebagai sebuah sekuel, James Gunn memang berusaha agar Guardians of The Galaxy Vol. 2 memiliki pembeda dengan film pertamanya. Guardians of The Galaxy Vol. 2 memiliki lingkup cerita yang lebih kecil dibandingkan dengan film pertamanya. Konflik yang ada di dalam Guardians of The Galaxy Vol. 2 lebih menyorot kepada internal setiap karakternya. Alih-alih Guardians of The Galaxy Vol. 2 menjadi sebuah film yang baru, film ini lebih menekankan sebagai sebuah film pelengkap dari seri pertamanya.

Volume kedua bukan berarti tak menjadi sebuah film yang bagus, tetapi kedua film ini memiliki kemeriahannya masing-masing. Dengan konfliknya yang begitu personal, Guardians of The Galaxy Vol. 2 bisa membuat penontonnya untuk lebih dekat kepada setiap karakternya dan bagaimana mereka sebagai sebuah tim. James Gunn berusaha menjelaskan kepada penontonnya bahwa para penjaga galaksi ini bukan sekedar menjadi sebuah tim dengan ketidaksengajaan, tetapi mereka secara tak langusng semakin lama semakin memiliki ikatan emosional dengan para anggotanya. 


Dengan durasi yang mencapai 135 menit, James Gunn memiliki pendalaman karakter yang sangat menarik dan kuat dari setiap karakternya. Dengan begitu, penonton akan bisa mengetahui siapa saja para penjaga galaksi yang mungkin tak begitu ditekankan di film pertamanya. Keputusan untuk menggunakan konflik internal sebagai pion cerita di film keduanya ini tepat guna untuk memberikan pondasi setiap karakternya agar penonton dapat terasa lebih dekat dengan mereka.

Menumbuhkan nilai tentang kekeluargaan menjadi beberapa topik yang sering ada di dalam banyak film akhir-akhir ini. Guardians of The Galaxy Vol. 2 juga mengeksplorasi nilai tentang kekeluargaan itu agar edisi kedua film para penjaga galaksi ini memiliki perbedaan di film pertamanya. Eksplorasi akan sisi humanis yang nantinya akan  berdampak dengan keemosionalan cerita di akhir film. James Gunn berhasil untuk mengeksplorasi itu dan berdampak pada penontonnya. Hanya saja, kembali kepada referensi penontonnya yang mungkin memiliki sensitivitas lain tentang nilai-nilai dan kaitannya dengan sebuah keluarga.

Tentu saja, Guardians of The Galaxy Vol. 2 sudah menghantam penontonnya dengan berbagai spektakel aksi dan visual dari awal hingga akhir. Guardians of The Galaxy Vol. 2 penuh akan visual efek bombastis yang tak hanya sekedar menghibur tetapi juga akan membuat penontonnya berdecak kagum. James Gunn lagi-lagi bisa menghasilkan tensi yang kuat dan bisa membuat penontonnya tak akan memalingkan wajah dari layar. Tentu tak akan ketinggalan bagaimana James Gunn memberikan unsur komedi yang sangat bisa membuat penontonnya menikmati setiap menit dari durasinya. Apalagi dengan iringan lagu-lagu ngetop di era tahun 70 hingga 80an. 


Maka, inilah para penjaga galaksi dari dunia buatan milik Marvel yang telah memiliki babak baru. Guardians of The Galaxy Vol. 2 lebih menjadi sebuah film pelengkap dari edisi pertamanya yang dikemas dengan sangat menyenangkan dengan konflik yang lingkupnya lebih kecil dan lebih personal. Tetapi, James Gunn berhasil menggunakannya sebagai medium untuk memperdalam setiap karakternya dan menjawab setiap pertanyaan yang akan muncul saat menonton film pertamanya. Juga, menyelipkan nilai yang berkaitan dengan keluarga yang muncul sebagai cara memunculkan keemosionalan cerita. Sehingga, Guardians of The Galaxy Vol. 2menjadi sebuah film sekuel yang memiliki pembeda dari film pertamanya. Tak hanya berbeda, tetapi juga meriah dan menyenangkan dengan caranya sendiri.

Kamis, 20 April 2017

FAST AND FURIOUS 8 (2017) REVIEW : Spektakel Aksi Seru di Seri Terbaru

FAST AND FURIOUS 8 (2017) REVIEW : Spektakel Aksi Seru di Seri Terbaru


Fast and Furious adalah salah satu franchise lama dan terbesar milik Hollywood. Franchiseini sudah berkembang mulai dari tahun 2001 dan sebagian besar orang selalu menantikan setiap seri film ini. Furious7 adalah titik puncak karena anggota ‘keluarga’ dari Franchise ini meninggal yaitu Paul Walker. Daya tarik penonton untuk menyaksikan Furious 7 semakin besar karena ingin menyaksikan performa terakhir dari Paul Walker di seri ini.

Momen wafatnya Paul Walker juga berdampak pada angka penjualan tiket Furious 7 dan mendapatkan angka pembukaan yang fantastis. Hal ini tentu membuat produser memberikan lampu hijau agar seri ini tetap berjalan. Maka dari itu, tahun ini Fast and Furious memutuskan untuk merilis seri ke delapan dari Franchise-nya. Pergantian sutradara pun terjadi, dari James Wan ke F. Gary Gray dan berpengaruh pada pemilihan judul. The Fate and The Furious adalah judul terbaru dari franchise ini di US, meski judul di Indonesia tetap menggunakan Fast and Furious 8.

Meski kehilangan salah satu anggota keluarga besar di Franchise-nya, tetapi masih ada anggota-anggota lain yang masih memiliki kekuatan yang cukup besar untuk membuat seri ini tetap berdiri. Vin Diesel, Dwayne Johnson, Ludacris, dan baru-baru ini Jason Statham juga ikut hadir dalam seri ini. Mungkin ada yang mengira bahwa momentum dari seri ini akan berakhir pada seri ketujuhnya. Maka, singkirkan pemikiran tersebut, karena Fast and Furious 8 akan dengan mudahnya menyingkirkan pemikiran itu dari penontonnya. 


Menceritakan tentang Dominic Toretto (Vin Diesel) yang ketenangan hidupnya diganggu oleh seorang perempuan bernama Cipher (Charlize Theron). Ada masa lalu tentang Dom yang berusaha diancam oleh Cipher sehingga Dom merasa bahwa ketenangan hidupnya bersama Letty (Michelle Rodriguez) perlu dikorbankan. Ketika pada akhirnya, Dom bersama teman-temannya mendapatkan tugas untuk menyelamatkan sebuah misil, Dom memutuskan untuk menghianati mereka.

Misi yang dijalankan oleh Dom dan tim ini adalah berasal dari Hobbs (Dwayne Johnson). Kejadian ceroboh ini membuat Hobbs mendekam di dalam penjara. Di sana, dia bertemu dengan Deckard Shaw (Jason Statham) yang pernah menjadi salah satu musuh Dom dan teman-temannya. Ternyata, Deckard juga sedang mengincar Cipher yang telah membuat kehidupannya berantakan. Atas dasar itu, mereka berusaha agar bisa keluar dari penjara dan mencari cara agar bisa menangkap Cipher. 


Dengan nomor seri yang sudah tidak sedikit lagi, penonton tentu cukup khawatir apa yang berusaha diberikan oleh franchiseini. Dengan hilangnya Paul Walker, tentu harus mencari cara apa yang berusaha dijual oleh franchise ini, momentum seperti apa lagi yang akan diberikan. Maka, di dalam Fast and Furious 8, F. Gary Gray berusaha menjawab kekhawatiran penontonnya. Sang sutradara melimpahkan sebuah pertunjukkan aksi tanpa henti yang mampu membuat penontonnya berdecak kagum.

Fast and Furious 8 akan memberikan sebuah aksi spektakel yang tidak ada habisnya. Film ini menemukan kegembiraannya sendiri dengan memperlihatkan berbagai macam adegan mobil yang mengalami kedestruktifan yang luar biasa besar. F. Gary Gray tak hanya menggunakan banyak sekali adegan destruktif itu menjadi ajang pamer juga, tapi juga memiliki tensi yang mampu mencengkram penontonnya. Sehingga, penonton akan sangat menikmati setiap menit yang terjadi di Fast and Furious 8.

Poin lain dalam Fast and Furious 8 adalah bagaimana F. Gary Gray memiliki kemampuan untuk merapatkan naskah milik Chris Morgan. Secara cerita, Fast and Furious 8 tak memiliki hal baru dan sesuatu yang perlu untuk dipikir berlebihan. Chris Morgan menuliskan sebuah plot cerita yang linear tentang sisi baik melawan sisi buruk juga disisipi pesan tentang sebuah keluarga. Meskipun, dalam pengarahanya, F. Gary Gray masih belum menemukan kombinasi yang baik antara poin tentang keluarga itu ketika masuk ke dalam plot ceritanya. 


Beberapa bagian dalam Fast and Furious 8 memang terasa berusaha terkesan melankolis untuk menarik simpati penontonnya.  Beberapa bagian mungkin akan berhasil, tetapi kontinuitas yang terjadi muncul cukup berlebihan. Sehingga, akan terasa ada beberapa ketimpangan yang terjadi dalam tone cerita di dalam filmnya yang berdurasi 139 menit ini. Hal ini cukup mendistraksi kemasan Fast and Furious 8 tetapi untungnya film ini masih punya spektakel aksi sebagai senjatanya dan poin lain yang mengembalikan kepercayaan penontonnya.

Ada Charlize Theron yang menjadi seorang villain dengan performa yang sangat kuat dan prima. Charlize Theron berhasil meyakinkan penontonnya bahwa dia adalah seorang musuh yang benar-benar memiliki dampak besar kepada Dom dan timnya. Dengan begitu, karakter-karakter lain akan memiliki upaya yang cukup besar untuk berhasil menangkap atau mengalahkan musuhnya. Dan upaya-upaya itu berhasil ditampilkan sangat kuat oleh F. Gary Gray, sehingga penonton akan dengan mudah percaya dengan apa yang dilakukan oleh setiap karakternya. 


Inilah Fast and Furious 8, sebuah seri terbaru dari franchisebesar milik Hollywood yang semakin lama semakin menjadi. F. Gary Gray mampu untuk menanggapi tuntutan para penggemar seri ini atau bahkan penonton awam yang butuh sebuah hiburan yang menyenangkan. Plotnya yang memang familiar dan linear ini berhasil disampaikan dengan baik dan begitu meyakinkan oleh sang sutradara. Sehingga, penonton akan mudah percaya dengan setiap alasan yang sedang dilakukan oleh setiap karakter di film ini. Meski ketimpangan sisi humanis yang diselipkan terlalu sering di film ini membuat adanya suatu ketimpangan dan mendistraksi, tetapi Fast and Furious 8 tetap menyanggupi ekspektasi penontonnya. Spektakel aksi yang seru dan mampu membuat penontonnya berdecak kagum adalah kunci suksesnya seri terbaru ini.

Rabu, 18 Januari 2017

REVIEW : XXX: RETURN OF XANDER CAGE

REVIEW : XXX: RETURN OF XANDER CAGE


“X looks out for his own.” 

Menengok resepsi mengenaskan yang diterima oleh XXX: State of Union baik dari kritikus maupun penonton, cukup mengherankan sebetulnya mengapa seri XXX (dibaca Triple X) masih berlanjut. Telah dicanangkan sejak satu dekade silam, agak-agaknya pihak studio masih menaruh harapan sekaligus melihat potensi XXX dapat dikembangkan sebagai franchise seperti dua inspirasinya, James Bond dan The Fast and the Furious. Dengan lahan jamahannya berada di ranah spionase yang menyimpan setumpuk materi menarik, tentu kesempatan tak disia-siakan begitu saja. Demi mewujudkan rencana jangka panjang tersebut, satu hal musti dilakukan adalah memperbaiki kesalahan besar lantaran menendang Vin Diesel dari posisi pemeran utama. Vin Diesel yang membintangi seri awal namun absen di jilid kedua setelah karakternya diceritakan tewas dan posisinya digantikan Ice Cube (yang tidak berkarisma sama sekali!) pun kembali direkrut. Sosok “segera menjadi ikonik” Xander Cage dibangkitkan dari kubur, lalu diminta memimpin pergerakan kisah seperti seharusnya dilakukan pula oleh film kedua. 

Bertajuk XXX: Return of Xander Cage, seri ketiga yang dikomandoi D.J. Caruso (Eagle Eye, I Am Number Four) memulai pengisahannya usai raibnya sebuah senjata mematikan bernama Pandora’s Box yang dapat mengontrol penuh satelit-satelit di dunia dan menyebabkan kehancuran luar biasa. Diketahui, pelakunya adalah Xiang (Donnie Yen) bersama komplotannya yang terdiri atas Serena (Deepika Padukone), Talon (Tony Jaa), serta Hawk (Michael Bisping). Demi melacak keberadaan empat sekawan ini, lalu meringkus mereka, dan kemudian mengamankan Pandora’s Box, pihak NSA yang sekali ini mengamanatkan jalannya operasi pada Jane Marke (Toni Collette) paska tewasnya Gibbons (Samuel L. Jackson) lantas memutuskan untuk mengontak Xander Cage (Vin Diesel) yang sejatinya telah bertahun-tahun lamanya hidup dalam pengasingan. Cage pun tak bekerja sendirian. Agar perburuan berjalan mulus, dia merekrut tiga agen lain yang tergabung dalam program XXX, yakni Adele sang penembak jitu (Ruby Rose), Nicks sang DJ karismatik (Kris Wu), dan Tennyson sang pengemudi gila (Rory McCann), untuk membantunya. 

Jika kamu telah mengikuti XXX sedari film pertama – tak terhitung udah berapa kali tayang di stasiun televisi swasta – tentu paham betul bahwa film ini memang tak pernah menganggap dirinya serius. Dalam artian, sengaja dikreasi sebagai tontonan seru-seruan semata yang bisa dinikmati sambil ngunyah cemilan plus nyeruput minuman bersoda tanpa harus ribet memikirkan jalannya plot. Kurang lebih, semacam James Bond bercita rasa Fast and Furious lah. XXX: Return of Xander Cage pun masih menerapkan formula serupa dengan pendahulunya. Hempaskan saja plotnya dari pikiranmu daripada kepala malah pening saking menggelikannya karena keberadaannya pun hanya agar filmnya bisa berjalan. Cara untuk menikmati XXX: Return of Xander Cage adalah fokus terhadap bagaimana si pembuat film mempresentasikan gelaran laganya. Meski tingkat keberhasilannya masih dibawah jilid pertama, namun jelas jauh lebih menghibur dibanding seri kedua yang lebih banyak mendemnya. Keseruan instalmen ini telah terbaca sedari pengenalan karakter-karakter barunya (plus Xander Cage) yang tengah menunaikan misi masing-masing di menit-menit awal. 

Sayangnya, Caruso agak keteteran menjaga intensitas film untuk tetap stabil sampai penghujung durasi. Usai Xander mengumpulkan timnya, daya pikat XXX: Return of Xander Cage mulai mengendur dengan rentetan laganya kurang bisa memunculkan reaksi takjub lantaran sebagian besar diantaranya pernah kita saksikan di film lain. Disamping itu, lantaran penuh sesaknya sektor akting yang cenderung menonjolkan karisma Vin Diesel plus pesona Deepika Padukone, beberapa pemain pun dikorbankan kesempatannya buat unjuk gigi seperti Tony Jaa, Kris Wu, Michael Bisping, dan Rory McCann yang dihadirkan sebatas untuk ‘tim hore’ biar filmnya tak berkesan sepi. Duh. Tapi tenang saja, melemasnya film di pertengahan tak bertahan lama karena selepas dalang sesungguhnya atas segala kekacauan terendus, geberan momen-momen konyol nan mengasyikkan dalam XXX: Return of Xander Cage lantas dimaksimalkan levelnya. Memang sih tidak pernah sampai pada tahapan inovatif yang bikin rahang jatuh, tapi “bertarung di tengah-tengah padatnya arus lalu lintas” lalu “berantem sambil melayang” rasa-rasanya sudah cukup untuk membuat para pencari spektakel gegap gempita tersenyum bahagia kala melangkahkan kaki ke luar bioskop.

Note : Untuk dapatkan pengalaman nonton maksimal, disarankan untuk menyaksikannya dalam format 4DX 3D. 

Acceptable (3/5)