Rabu, 18 Januari 2017

REVIEW : XXX: RETURN OF XANDER CAGE


“X looks out for his own.” 

Menengok resepsi mengenaskan yang diterima oleh XXX: State of Union baik dari kritikus maupun penonton, cukup mengherankan sebetulnya mengapa seri XXX (dibaca Triple X) masih berlanjut. Telah dicanangkan sejak satu dekade silam, agak-agaknya pihak studio masih menaruh harapan sekaligus melihat potensi XXX dapat dikembangkan sebagai franchise seperti dua inspirasinya, James Bond dan The Fast and the Furious. Dengan lahan jamahannya berada di ranah spionase yang menyimpan setumpuk materi menarik, tentu kesempatan tak disia-siakan begitu saja. Demi mewujudkan rencana jangka panjang tersebut, satu hal musti dilakukan adalah memperbaiki kesalahan besar lantaran menendang Vin Diesel dari posisi pemeran utama. Vin Diesel yang membintangi seri awal namun absen di jilid kedua setelah karakternya diceritakan tewas dan posisinya digantikan Ice Cube (yang tidak berkarisma sama sekali!) pun kembali direkrut. Sosok “segera menjadi ikonik” Xander Cage dibangkitkan dari kubur, lalu diminta memimpin pergerakan kisah seperti seharusnya dilakukan pula oleh film kedua. 

Bertajuk XXX: Return of Xander Cage, seri ketiga yang dikomandoi D.J. Caruso (Eagle Eye, I Am Number Four) memulai pengisahannya usai raibnya sebuah senjata mematikan bernama Pandora’s Box yang dapat mengontrol penuh satelit-satelit di dunia dan menyebabkan kehancuran luar biasa. Diketahui, pelakunya adalah Xiang (Donnie Yen) bersama komplotannya yang terdiri atas Serena (Deepika Padukone), Talon (Tony Jaa), serta Hawk (Michael Bisping). Demi melacak keberadaan empat sekawan ini, lalu meringkus mereka, dan kemudian mengamankan Pandora’s Box, pihak NSA yang sekali ini mengamanatkan jalannya operasi pada Jane Marke (Toni Collette) paska tewasnya Gibbons (Samuel L. Jackson) lantas memutuskan untuk mengontak Xander Cage (Vin Diesel) yang sejatinya telah bertahun-tahun lamanya hidup dalam pengasingan. Cage pun tak bekerja sendirian. Agar perburuan berjalan mulus, dia merekrut tiga agen lain yang tergabung dalam program XXX, yakni Adele sang penembak jitu (Ruby Rose), Nicks sang DJ karismatik (Kris Wu), dan Tennyson sang pengemudi gila (Rory McCann), untuk membantunya. 

Jika kamu telah mengikuti XXX sedari film pertama – tak terhitung udah berapa kali tayang di stasiun televisi swasta – tentu paham betul bahwa film ini memang tak pernah menganggap dirinya serius. Dalam artian, sengaja dikreasi sebagai tontonan seru-seruan semata yang bisa dinikmati sambil ngunyah cemilan plus nyeruput minuman bersoda tanpa harus ribet memikirkan jalannya plot. Kurang lebih, semacam James Bond bercita rasa Fast and Furious lah. XXX: Return of Xander Cage pun masih menerapkan formula serupa dengan pendahulunya. Hempaskan saja plotnya dari pikiranmu daripada kepala malah pening saking menggelikannya karena keberadaannya pun hanya agar filmnya bisa berjalan. Cara untuk menikmati XXX: Return of Xander Cage adalah fokus terhadap bagaimana si pembuat film mempresentasikan gelaran laganya. Meski tingkat keberhasilannya masih dibawah jilid pertama, namun jelas jauh lebih menghibur dibanding seri kedua yang lebih banyak mendemnya. Keseruan instalmen ini telah terbaca sedari pengenalan karakter-karakter barunya (plus Xander Cage) yang tengah menunaikan misi masing-masing di menit-menit awal. 

Sayangnya, Caruso agak keteteran menjaga intensitas film untuk tetap stabil sampai penghujung durasi. Usai Xander mengumpulkan timnya, daya pikat XXX: Return of Xander Cage mulai mengendur dengan rentetan laganya kurang bisa memunculkan reaksi takjub lantaran sebagian besar diantaranya pernah kita saksikan di film lain. Disamping itu, lantaran penuh sesaknya sektor akting yang cenderung menonjolkan karisma Vin Diesel plus pesona Deepika Padukone, beberapa pemain pun dikorbankan kesempatannya buat unjuk gigi seperti Tony Jaa, Kris Wu, Michael Bisping, dan Rory McCann yang dihadirkan sebatas untuk ‘tim hore’ biar filmnya tak berkesan sepi. Duh. Tapi tenang saja, melemasnya film di pertengahan tak bertahan lama karena selepas dalang sesungguhnya atas segala kekacauan terendus, geberan momen-momen konyol nan mengasyikkan dalam XXX: Return of Xander Cage lantas dimaksimalkan levelnya. Memang sih tidak pernah sampai pada tahapan inovatif yang bikin rahang jatuh, tapi “bertarung di tengah-tengah padatnya arus lalu lintas” lalu “berantem sambil melayang” rasa-rasanya sudah cukup untuk membuat para pencari spektakel gegap gempita tersenyum bahagia kala melangkahkan kaki ke luar bioskop.

Note : Untuk dapatkan pengalaman nonton maksimal, disarankan untuk menyaksikannya dalam format 4DX 3D. 

Acceptable (3/5)

REVIEW : XXX: RETURN OF XANDER CAGE
4/ 5
By
Add your comment