Tampilkan postingan dengan label Samuel L. Jackson. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Samuel L. Jackson. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2023

INCREDIBLES 2 (2018) REVIEW : Paket Liburan Keluarga Yang Seru

INCREDIBLES 2 (2018) REVIEW : Paket Liburan Keluarga Yang Seru

 
Bagi yang pernah menonton The Incredibles, terlebih bagi mereka yang saat itu menontonnya di tahun 2004, pasti akan sangat menantikan kelanjutan dari adegan dari terakhirnya. Setelah banyak pergantian tahun dan sekuel-sekuel dari film-film animasi Pixar lainnya, akhirnya Pixar sadar untuk memberikan jawaban atas adegan kota yang porak poranda di akhir The Incredibles. Berselang 14 tahun, bagi para penggemar The Incredibles tentu saja ini waktu cukup lama.

Sebuah pernyataan datang dari Brad Bird bahwa sekuel dari film ini tak ingin dibuat sembarangan. Oleh karena itu, Brad Bird membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya Incredibles 2hadir untuk menyapa penontonnya di tahun 2018 ini. Brad Bird mengumpulkan kembali nama-nama yang pernah mengisi suara keluarga Mr. Incredibles dan rekannya. Bahkan membuat sebuah karakter baru demi perkembangan cerita di Incredibles 2 yang lebih baik.

Meski memiliki jeda selama 14 tahun, Brad Bird memutuskan untuk tak melewati adegan terakhir di film The Incredibles. Di film Incredibles 2ini linimasa ceritanya akan langsung melanjutkan adegan terakhir di dalam film pertamanya. Brad Bird seakan mengetahui apa yang diinginkan oleh penontonnya untuk sekedar mendapatkan jawaban tentang akhir cerita tersebut. Usaha Brad Bird untuk menghadirkan sekuel yang pantas pun dijawab dengan mudah di Incredibles 2.


Brad Bird tak sembarangan dan tak aji mumpung untuk mengembangkan cerita sekuel dari The Incredibles. Dengan adanya permintaan sekuel, Brad Bird malah membuatnya dengan sangat hati-hati karena agar tak mengalami penurunan performa dibandingkan dengan film pertamanya. Di tengah gempuran film-film superheroyang sudah berdatangan, Incredibles 2mampu tampil sangat segar dan memberikan alternatif cerita superhero yang sangat bisa dinikmati oleh keluarga.

Incredibles 2 seperti memberikan pernyataan bahwa meski dalam format film animasi, film ini mampu untuk disandingkan dan masuk daftar film-film superhero terbaik yang pernah dibuat. Brad Bird sebagai penulis naskah bersama Pixarberusaha untuk memberikan kedewasaan bercerita yang khas. Incredibles 2 pun ikut menggunakan isu tentang perempuan agar memiliki relevansi dengan apa yang terjadi masa kini. Sehingga, Incredibles 2  kali ini akan berfokus kepada Helen Parr atau Elastigirl.

 

Incredibles 2 memperlihatkan problematika superhero perempuan yang diwakilkan oleh karakter Helen Parr atau Elastigirl (Holly Hunter) di dalam film ini. Superhero memang masih tak bisa beroperasi lagi, sehingga sebuah perusahaan bernama Devtech yang dipimpin oleh Winston Deavor (Bob Odenkirk) bersama saudara perempuannya, Evelyn Deavor (Catherine Keener) berusaha untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap superhero.

Mereka mengumpulkan Mr. Incredibles (Craig T. Nelson), Elastigirl, dan Frozone (Samuel L. Jackson) untuk bekerjasama. Winston dan Evelyn menunjuk Elastigirl untuk memimpin operasi ini sebagai uji coba agar kampanye yang dilakukan berhasil. Tentu saja hal ini mengubah kehidupan dari Mr. Incredibles atau Bob Parr. Dirinya pun harus melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilakukan oleh istrinya. Mr. Incredibles pun harus berusaha dekat dengan anak-anaknya yaitu Violet (Sarah Powell), Dash (Huck Miller), dan si bungsu Jack-Jack (Eli Fucile).


Incredibles 2 sangat menyinggung isu tentang pekerjaan domestik yang biasa dilakukan oleh perempuan. Ini sangat relevan dengan kondisi masa sekarang di mana perempuan pun bisa memiliki pilihan untuk sejenak meninggalkan pekerjaan domestik demi melakukan hal yang mereka sukai. Pesan inilah yang diangkat dan disematkan kepada karakter Bob dan Helen Parr sebagai sepasang suami istri lewat Incredibles 2. Pun, pesan tentang perempuan ini disampaikan tanpa ada keberpihakan gender yang terlalu signifikan. Pintarnya pula, pesan berat ini bisa dikemas dan disampaikan dengan cara yang sangat ringan.

Pengarahan dari Brad Bird pun sebenarnya tak selamanya mulus. Paruh pertama, Brad Bird pun masih terasa ragu untuk menyampaikan ceritanya. Tetapi tak berlangsung lama, Brad Bird tahu bagaimana mengemas kisahnya yang berat dengan caranya yang pas. Incredibles 2masih mengetahui pangsa pasarnya adalah penonton anak-anak. Sehingga, pesan tersebut ditampilkan secara implisit dan tak terlalu membuatnya terlalu kelam.

Brad Bird tetap berusaha menjadikan Incredibles 2 sebagai sebuah film animasi yang bisa menyenangkan berbagai pihak mulai dari anak-anak hingga orang dewasa yang menemani mereka. Dengan tujuan tersebut, Incredibles 2pun memiliki comedic timing yang sangat pas dan sangat menghibur penontonnya.Jack-Jack lah pion yang digunakan untuk memberikan comedic timing di dalam film Incredibles 2.


Selain itu, pemberian porsi komedi ini juga dijadikan sebagai pengembangan karakter bagi sosok Jack-Jack yang di film pertamanya memiliki clue yang perlu dibahas di film keduanya. Begitu juga dengan karakter-karakter lainnya yang juga memiliki porsi yang juga sesuai. Fokus Incredibles 2yang membahas keluarga dengan cara lebih kental inilah yang membuat Incredibles 2 tampak begitu segar untuk dinikmati penontonnya.

Incredibles 2 juga memiliki villain dengan motif yang sangat kuat. Bagi yang sudah memiliki banyak referensi menonton, twist yang terjadi di Incredibles 2 mungkin tak akan semencengangkan itu. Tetapi, motif karakter penjahatnya yang kuat dan bagaimana Brad Bird mengarahkan karakter tersebut bisa membuat Incredibles 2 terlihat sangat matang.  Sebagai film animasi, jangan remehkan bagaimana Incredibles 2 mengemas adegan aksinya.

Ada detil warna dan pergerakan kamera yang benar-benar diperhatikan oleh Brad Bird sehingga Incredibles 2bisa tampil begitu kuat. Dengan durasinya yang mencapai 118 menit, Incredibles 2 tetap bisa menjaga tensinya dengan sangat baik. Penekanan Incredibles 2 telah masuk ke babak baru pun ditekankan lewat warna-warna yang lebih kelam tapi tetap eye-catching. Pun, komposisi musik latar yang luar biasa indah dari Michael Giacchino juga mampu memperkuat setiap menit dari film ini.


Lantas, Incredibles 2 bisa dikategorikan sebagai sebuah sekuel yang berhasil. 14 tahun penantian para penggemarnya terbayar lunas berkat performa pengarahan yang gemilang dari Brad Bird di Incredibles 2 ini. Meski tak bisa dibilang lebih baik dari yang pertama, tetapi Incredibles 2 berhasil memiliki performa yang sama bagusnya dengan film pertamanya. Incredibles 2 tak hanya menggunakan kekuatan nostalgianya saja, tetapi juga mampu berkembang menjadi sebuah paket liburan seru bagi seluruh anggota keluarga. Bahkan, bisa jadi menumbuhkan penggemar baru di era ini. Bagus sekali!

Rabu, 23 Agustus 2017

REVIEW : THE HITMAN'S BODYGUARD

REVIEW : THE HITMAN'S BODYGUARD


“I hope they kill him, I really do. This guy single handedly ruined the word motherfucker”. 

Bagaimana jadinya saat Samuel L. Jackson yang dikenal kerap melakoni karakter bermulut besar dipasangkan dengan Deadpool, eh maksud saya Ryan Reynolds, yang juga ceriwis tak ketulungan dalam sebuah film laga komedi? Hmmm... terdengar seperti gagasan cemerlang untuk menghasilkan tontonan seru-seruan ala film dari era 80-90’an. Sepertinya bakal menjadi sajian eskapisme yang cocok ditonton di bioskop kala senggang seraya mengunyah berondong jagung dan menyeruput minuman bersoda. Sang sutradara adalah Patrick Hughes yang sebelumnya diberi kepercayaan dalam menggarap The Expendables 3 yang dipenuhi bintang-bintang laga legendaris dan terbilang cukup seru dengan segala kenorakannya. Jadi, apa sih yang mungkin salah dari film ini? Yang mungkin salah adalah bagaimana penonton menetapkan ekspektasi terhadap film yang diberi tajuk The Hitman’s Bodyguard ini. Asalkan pengharapan disesuaikan ke mode “yang penting bisa dibuat terhibur”, rasa-rasanya kamu tidak akan keluar dari gedung bioskop sambil ngedumel karena memang The Hitman’s Bodyguard tidak pernah menganggap dirinya kelewat serius. Hanya tontonan pelepas penat yang ringan-ringan saja. 

Dalam The Hitman’s Bodyguard, Ryan Reynolds memerankan agen pelindung berperingkat triple A bernama Michael Bryce yang kemampuannya dalam melindungi klien dari kalangan orang berpengaruh tak lagi diragukan. Singkatnya, salah satu bodyguard terbaik di dunia. Namun kehidupan percintaan dan karir Michael yang sempurna seketika hancur berantakan usai terjadinya insiden yang menyebabkan salah satu kliennya tewas. Selama dua tahun, Michael pun terjebak dalam kubangan tugas yang memaksanya melindungi klien-klien remeh temeh. Di kala harapan untuk memperbaiki reputasi tampaknya telah sirna, Michael mendapat panggilan dari sang mantan yang bekerja di Interpol, Amelia Roussel (Elodie Yung), yang memintanya untuk mengantar seorang pembunuh bayaran bernama Darius Kincaid (Samuel L. Jackson) dari Inggris ke Belanda. Darius adalah saksi kunci dalam kasus tragedi kemanusiaan yang dilakukan oleh pemimpin lalim Belarus, Vladislav Dukhovich (Gary Oldman). Mengingat statusnya, jelas perjalanan ini tidak mudah karena kroni-kroni Dukhovich mengintai di setiap sudut. Yang membuatnya semakin tidak mudah, Darius adalah pribadi yang bawel sehingga sepanjang perjalanan kerap diwarnai cekcok antara Michael dengan Darius.

Secara guliran pengisahan, sejatinya tidak ada yang betul-betul istimewa dari naskah racikan Tom O’Connor untuk The Hitman’s Bodyguard. Bisa dibilang terhitung generik. Kamu mungkin akan nyeletuk “dih, cerita semacam ini sih sudah sering dijumpai!” tatkala menyimak filmnya karena memang bukan sekali dua kali diusung film bergenre serupa. Tapi melihat kombinasi pemain beserta jalur yang diambilnya, kamu tentu tidak benar-benar mengharapkan The Hitman’s Bodyguard akan mempunyai jalinan pengisahan yang ‘sesuatu’ sekali, bukan? Tampaknya, Patrick Hughes emang emoh membebani penonton dengan plot kelewat ribet – walau ada kalanya terasa diribet-ribetin juga sih – agar fokus pada kandungan hiburan yang dibawanya atau dalam hal ini adalah barisan humor yang dilontarkan beserta rentetan laga yang dikedepankan. Dan memang, untuk urusan ngebanyol dan menghadirkan ‘boom bang boom’, The Hitman’s Bodyguard itu terbaek. Hampir dapat dipastikan kamu akan seringkali ditempatkannya dalam fase tergelak-gelak hebat di kursi bioskop atau menganga saat menatap layar sampai-sampai tidak terasa berondong jagung yang kamu kudap semuanya telah masuk ke dalam pencernaan. Dengan laju yang juga bergegas, 118 menit pun berlangsung seperti satu kedipan mata. 

Ya, The Hitman’s Bodyguard terasa sungguh mengasyikkan buat ditonton. Kuncinya terletak pada dua hal: pertama, kecakapan Hughes dalam mengkreasi sejumlah sekuens laga seru yang highlight-nya antara lain kejar-kejaran di sepanjang sisi Sungai Amstel, Amsterdam, yang melibatkan tiga macam kendaraan serta konfrontasi akhir dimana dua karakter utama berpisah jalan (Darius menangani para begundal menggunakan mobil, sedangkan Michael turun langsung ke jalan). Lalu kedua, performa jempolan barisan pemainnya terutama Samuel L. Jackson dan Ryan Reynolds yang berhasil menghadirkan chemistry menyengat. Pertukaran dialog keduanya yang dipenuhi umpatan berikut celaan memberikan banyak sekali riuh tawa dan tidak sedikit diantaranya muncul di saat yang tidak kamu sangka-sangka seolah mengingatkan “udah, jangan serius-serius amat sih nanggepin film ini.” Mereka memperoleh sokongan dari Gary Oldman yang terlihat bengis hanya dari sorot matanya saja, Elodie Yung yang sungguh menggemaskan, serta paling mencuri perhatian, Salma Hayek sebagai istri Darius, Sonia. Seperti halnya sang suami, Sonia pun sama sekali tak bisa mengontrol ucapannya dan pertengkaran pasangan ini yang bernuansa ‘benci tapi rindu’ melalui sambungan telepon adalah highlight lain dalam The Hitman’s Bodyguard.

Note : Nggak penting-penting amat sih, cuma kalau mau tipe penonton yang ogah rugi seperti saya, sebaiknya tunggu The Hitman's Bodyguard sampai beneran kelar karena ada post-credits scene.

Exceeds Expectations (3,5/5)