Tampilkan postingan dengan label Cate Blanchett. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cate Blanchett. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2023

OCEAN’S 8 (2018) REVIEW : Tempat Para Aktris Terkenal Bersenang-senang

OCEAN’S 8 (2018) REVIEW : Tempat Para Aktris Terkenal Bersenang-senang

 
Sebuah film bertema perampokan dengan artis perempuan sebagai para pelakunya? Hal ini mungkin akan sangat segar dilakukan perfilman Hollywood saat ini. Inilah yang berusaha dilakukan oleh Warner Bros Pictures bersama dengan sutradara Gary Ross untuk mengembalikan keluarga Ocean kembali ke layar lebar. Tak ada George Clooney, Brad Pitt, dan Matt Damon, kali ini kehormatan keluarga Ocean berada di tangan para perempuan tangguh untuk merampok harta berharga di Amerika.

Inilah dia proyek bernama Ocean’s 8 yang sangat ambisius mengedepankan nama-nama aktris besar dari Sandra Bullock, Cate Blancett, Anne Hathaway hingga Rihanna untuk melakukan tindakan kriminal. Ocean’s 8 bisa dibilang bukanlah sebuah reboot, tetapi menceritakan sisi lain dari keluarga Ocean yang berbeda. Setelah George Clooney yang berperan sebagai Danny Ocean di Ocean’s trilogy milik Steven Soderbergh. Kali ini, Ocean’s 8 akan menyorot kehidupan Debbie Ocean yang juga sama-sama memiliki rencana untuk mendapatkan sesuatu yang besar.

Meski dengan sutradara yang berbeda, Ocean’s 8 tentu sangat diminati banyak orang hanya berkat nama-nama besar yang terlibat di dalam filmnya. Ocean’s 8 ini sepertinya tetap memberikan sebuah film hiburan yang ringan dan seru untuk dinikmati oleh penontonnya. Akan tetapi, teknik pengarahan dari Gary Ross yang tak bisa sekuat apa yang dilakukan oleh Steven Soderbergh bisa mengurangi performa Ocean’s 8 yang berpotensi lebih prima.


Babak penceritaan dari Ocean’s 8pun bisa dikategorikan bermain aman. Tak ada yang segar dalam babak penceritaan dari Ocean’s 8 ini. Naskah yang juga ditulis oleh Gary Ross bersama dengan Olivia Milch ini tak bisa mengeksplorasi trik-trik pencurian baru di dalam genre filmnya. Naskah milik Ocean’s 8 hanya mengulangi formula-formula yang sama yang dimiliki oleh film Ocean’s Trilogy sebelumnya atau film-film bertema serupa.

Ocean’s 8 menceritakan tentang seorang perempuan paruh baya bernama Debbie Ocean (Sandra Bullock) yang baru saja keluar dari penjara karena telah melakukan pencurian. Tetapi, hal itu tak membuat dirinya kapok dan berhenti melakukan kegiatan tersebut. Debbie merencanakan sebuah tindak kriminal baru dengan mengajak rekan yang sudah dirinya kenal lama yaitu Lou (Cate Blanchett). Mereka akan mencuri sebuah perhiasan termahal yang ada di New York.

Sayangnya, rencana ini tak bisa mereka lakukan berdua saja. Debbie dan Lou merekrut banyak perempuan-perempuan kriminal lainnya untuk ikut andil dalam rencana ini. Mulai dari teman lama mereka bernama Tammy (Sarah Paulson), seorang peretas canggih bernama Nine Ball (Rihanna), hingga seorang mantan desainer terkenal bernama Rose Weil (Helena Bonham Carter). Mereka akan mencuri sebuah perhiasan bernilai jutaan dolar yang akan dipakai oleh seorang aktris, Daphne Kruger (Anne Hathaway).


Dengan formula cerita yang diadaptasi dari beberapa film dengan tema serupa memang tak ada salahnya jika bisa dikemas dengan baik pula. Sayangnya, Gary Ross masih tak bisa memaksimalkan potensi yang ada di dalam Ocean’s 8 sehingga bisa tampil dengan performa yang juga bisa mencuri perhatian. Ocean’s 8 terjebak dalam penuturan cerita yang tak istimewa tak seperti nama-nama yang ikut serta di dalam film ini.

Paruh awal dari Ocean’s 8ini belum bisa menemukan ritmenya yang pas. Sehingga, beberapa motif dan latar belakang cerita dari setiap karakter di dalam film ini tak bisa disampaikan dengan baik. Terlebih, kedelapan karakter perempuan di dalam film ini punya perannya masing-masing. Sehingga, akan lebih baik jika penonton pun juga bisa ikut kenal dan simpati dengan setiap karakternya. Dengan durasinya yang mencapai 115 menit, Ocean’s 8 hanya berputar di tempat.


Gary Ross nampaknya ragu untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi dari Ocean’s 8 hingga mencapai titik puncaknya. Banyak sekali pesan yang berusaha disampaikan tak bisa diterima utuh oleh penontonnya. Perlu waktu bagi Gary Ross untuk bisa menyampaikan apa yang dirinya mau kepada penonton. Beruntungnya, di paruh kedua film ini, Gary Ross bisa memberikan tempo yang jauh lebih pas dibandingkan dengan satu jam awalnya.

Setelah cerita fokus ke rencana pencurian, barulah Ocean’s 8 bisa mengeluarkan kekuatannya sehingga dapat menghibur penontonnya. Meski tak ada yang baru dengan rencana pencuriannya, tetapi Gary Ross masih bisa mengemasnya dengan takaran yang pas. Sehingga, saat rencana pencurian berlangsung, penonton bisa juga ikut bersenang-senang dengan apa yang dilakukan oleh para pemeran perempuan yang ada di dalam film ini.


Meskipun, beberapa cerita yang tak meyakinkan di awal bisa membuat pelaksanaan pencurian ini tak bisa semencengkram yang semestinya. Tetapi, bagaimana Sandra Bullock, Cate Blanchett, Sarah Paulson, Anne Hathaway, Mindy Kailing, Rihanna, Helena Bonham Carter, dan Awkwafina bisa terlihat sangat senang bermain di dalam film ini bisa menutupi kekurangan Ocean’s 8. Kesenangan para ensemble cast film ini bisa disalurkan menjadi sebuah performa yang keren dan memiliki kharismanya yang kuat. Serta inilah nyawa dari film ini sehingga bisa menghibur penontonnya.

Kamis, 09 November 2017

THOR : RAGNAROK (2017) REVIEW : The Edgy Look of Marvel's Superheroes
Film

THOR : RAGNAROK (2017) REVIEW : The Edgy Look of Marvel's Superheroes Film


Fase ketiga dari Marvel Cinematic Universe akan segera berakhir. Maka, superhero selanjutnya yang perlu untuk dapatkan perhatian lebih adalah Thor. Setelah terakhir kali memiliki filmnya sendiri di tahun 2014, Thor : The Dark World menjadi elemen Marvel Cinematic Universe paling lemah di fase kedua setelah Iron Man 3. Lalu, Thor absen memiliki filmnya sendiri meski dia adalah salah satu manusia super penting dalam deretan Avengers.

Hingga tiba di tahun 2017, di mana semua orang telah menantikan film dari dewa petir satu ini. Taika Watiti memiliki wewenang untuk mengarahkan film ketiga dari Thor ini. Dengan memasuki fase ketiga dari Marvel Cinematic Universe, tentu saja Thor akan memiliki kompleksitas yang jauh lebih banyak ketimbang kedua film sebelumnya. Hingga masuklah sebuah terminologi nordik tentang kehancuran di dalam sub judul filmnya.

Thor : Ragnarok menjadi judul resmi dari film ketiga dari Thor. Dari beberapa trailer yang sudah dirilis, Thor : Ragnarok memberikan sebuah film superhero yang jauh lebih nyentrik dibandingkan dengan beberapa film superhero Marvel yang ada. Sehingga, Thor : Ragnarok telah memiliki ekspektasi sendiri dari penonton yang menjadi tugas bagi sang sutradara untuk dipenuhi. Maka, bersiaplah Taika Watiti akan memberikan sebuah pengalaman film superhero Marvel yang lebih eksentrik.


Marvel Cinematic Universe berusaha untuk menyajikan sesuatu yang berbeda dari satu film ke film lainnya. Terlebih, MCU sudah memasuki fase ketiga di mana orang-orang butuh merasakan perubahan. Thor : Ragnarok pun berubah dalam presentasi akhir filmnya dengan kadar comedic timing yang jauh lebih banyak. Hal ini tentu berpengaruh dari bagaimana rekam jejak dari sutradaranya yaitu Taika Watiti.

Jika pernah menyaksikan film-film Taika Watiti sebelumnya, mulai dari What We Do In The Shadows dan Hunt For The Wilderpeople, tentu tak akan kaget dengan perubahan yang terjadi di Thor : Ragnarok. Sosok Thor telah menjadi ikon komedi sejak kemunculan di Avengers dan jika memperhatikan short movie Team Thor Part 1 dan 2 tentu akan bisa mengantisipasi hal ini akan terjadi. Thor : Ragnarok pun sebenarnya punya dasar cerita yang sangat kelam tetapi Taika Watiti bisa mengolahnya menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan untuk ditonton.


Inilah Thor : Ragnarok yang menceritakan tentang Thor (Chris Hemsworth) yang kembali ke Asgard dan harus menemui takdirnya yang tak lagi mujur. Ramalan buruk tentang kehancuran Asgard harus dia hadapi, terlebih ketika Hela (Cate Blanchett) mulai melancarkan serangan. Thor harus jatuh dan kalah dalam pertarungannya dengan Hela sehingga membuatnya terjatuh di planet lain.

Di planet tersebut, Thor disandera oleh Grandmaster (Jeff Goldblum) dan membuatnya harus bertarung dengan Hulk (Mark Rufallo). Mengetahui Thor harus bertarung dengan Hulk, dirinya harus mencari cara agar bisa keluar dari planet tersebut dan menyelamatkan Asgard dari serangan Hela yang semakin menjadi-jadi. Lantas, dia meminta bantuan Valkyrie (Tessa Thompson) bahkan Loki (Tom Hiddleston) untuk bisa melawan Hela kembali.


Menceritakan tentang kehancuran dengan porsi yang lebih masif, Thor : Ragnarok sebenarnya bukan sebuah film superhero dengan penuh senang-senang. Thor : Ragnarok adalah sebuah film dengan story device yang sangat kelam. Tetapi pintarnya, Taika Watiti berusaha keras agar Thor tak menjadi sebuah sajian yang terlalu serius sehingga lupa untuk bersenang-senang. Sehingga, banyak sekali dosis komedi yang disuntikkan oleh Taika Watiti di dalam Thor : Ragnarok.

Hanya saja, komedi yang disajikan dalam Thor : Ragnarok ini memiliki kadar kesegaran yang jauh lebih besar. Mereka tak hanya asyik sendiri, tetapi penonton juga bisa merasakan kesenangannya sehingga dengan durasi yang mencapai 130 menit penonton tak merasa keberatan. Taika Watiti menampilkan kekhasannya dalam mengarahkan sebuah film. Sehingga, Thor : Ragnarok menampilkan sebuah film manusia super dengan gaya nyentrik dan sangat berbeda dengan film-film Marvel Cinematic Universe sebelumnya.

Meski begitu, Taika Watiti tak lupa dengan plot-plot seriusnya yang perlu untuk diperhatikan lebih. Sehingga, penonton tak perlu takut untuk terdistraksi antara plot film dengan sajian komedi yang tampil dengan porsi yang jauh lebih besar. Perkembangan setiap karakter di dalam film ini juga diolah dengan baik. Meski memiliki karakter-karakter baru, tetapi Taika Watiti dengan pintar menceritakan karakter memiliki alasan-alasan yang kuat untuk tampil.


Tentu, tak perlu khawatirkan tentang visual efek yang ada di dalam Thor : Ragnarok. Semua tampil dengan warna-warna yang lebih edgy dan terlihat sangat kontras tetapi tak terlihat norak. Sehingga, apa yang tampil dalam Thor : Ragnarok adalah pengalaman sinematik milik Marvel yang tak pernah penonton lihat sebelumnya. Diwarnai dengan musik-musik eksentrik yang menjadi jawaban bagi fans Marvel yang menginginkan sebuah musik yang ikonik di dalam filmnya.

Perpaduan tembang film Led Zeppelin berjudul ‘Immigrant Song’ hadir dengan harmonisasi adegan yang pas. Sebuah adegan pertarungan di dalam Thor : Ragnarok hadir dengan jauh lebih berkesan dengan tembang dalam lagu tersebut. Pun, dihiasi dengan visual efek yang jauh lebih bombastis yang semakin memperkuat pengalaman sinematik penontonnya dalam menyaksikan Marvel Cinematic Universe yang telah memasuki fase ketiganya.

 
Sehingga, bagi Anda yang menghawatirkan dengan bagaimana Thor : Ragnarok yang penuh akan komedi, buang kekhawatiran itu. Meski memang Thor : Ragnarok memiliki suntikan komedi yang jauh lebih besar, tetapi Taika Watiti mengemas komedi tersebut dengan gayanya yang sangat quirky tetapi tetap bisa dinikmati oleh siapapun. Sehingga, Thor : Ragnarok menjadi sebuah film yang tak hanya berbeda dari film Thor sebelumnya, tetapi juga berbeda di dalam deretan Marvel Cinematic Universe yang telah memasuki fase ketiganya.