Kamis, 09 November 2017

THOR : RAGNAROK (2017) REVIEW : The Edgy Look of Marvel's Superheroes Film


Fase ketiga dari Marvel Cinematic Universe akan segera berakhir. Maka, superhero selanjutnya yang perlu untuk dapatkan perhatian lebih adalah Thor. Setelah terakhir kali memiliki filmnya sendiri di tahun 2014, Thor : The Dark World menjadi elemen Marvel Cinematic Universe paling lemah di fase kedua setelah Iron Man 3. Lalu, Thor absen memiliki filmnya sendiri meski dia adalah salah satu manusia super penting dalam deretan Avengers.

Hingga tiba di tahun 2017, di mana semua orang telah menantikan film dari dewa petir satu ini. Taika Watiti memiliki wewenang untuk mengarahkan film ketiga dari Thor ini. Dengan memasuki fase ketiga dari Marvel Cinematic Universe, tentu saja Thor akan memiliki kompleksitas yang jauh lebih banyak ketimbang kedua film sebelumnya. Hingga masuklah sebuah terminologi nordik tentang kehancuran di dalam sub judul filmnya.

Thor : Ragnarok menjadi judul resmi dari film ketiga dari Thor. Dari beberapa trailer yang sudah dirilis, Thor : Ragnarok memberikan sebuah film superhero yang jauh lebih nyentrik dibandingkan dengan beberapa film superhero Marvel yang ada. Sehingga, Thor : Ragnarok telah memiliki ekspektasi sendiri dari penonton yang menjadi tugas bagi sang sutradara untuk dipenuhi. Maka, bersiaplah Taika Watiti akan memberikan sebuah pengalaman film superhero Marvel yang lebih eksentrik.


Marvel Cinematic Universe berusaha untuk menyajikan sesuatu yang berbeda dari satu film ke film lainnya. Terlebih, MCU sudah memasuki fase ketiga di mana orang-orang butuh merasakan perubahan. Thor : Ragnarok pun berubah dalam presentasi akhir filmnya dengan kadar comedic timing yang jauh lebih banyak. Hal ini tentu berpengaruh dari bagaimana rekam jejak dari sutradaranya yaitu Taika Watiti.

Jika pernah menyaksikan film-film Taika Watiti sebelumnya, mulai dari What We Do In The Shadows dan Hunt For The Wilderpeople, tentu tak akan kaget dengan perubahan yang terjadi di Thor : Ragnarok. Sosok Thor telah menjadi ikon komedi sejak kemunculan di Avengers dan jika memperhatikan short movie Team Thor Part 1 dan 2 tentu akan bisa mengantisipasi hal ini akan terjadi. Thor : Ragnarok pun sebenarnya punya dasar cerita yang sangat kelam tetapi Taika Watiti bisa mengolahnya menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan untuk ditonton.


Inilah Thor : Ragnarok yang menceritakan tentang Thor (Chris Hemsworth) yang kembali ke Asgard dan harus menemui takdirnya yang tak lagi mujur. Ramalan buruk tentang kehancuran Asgard harus dia hadapi, terlebih ketika Hela (Cate Blanchett) mulai melancarkan serangan. Thor harus jatuh dan kalah dalam pertarungannya dengan Hela sehingga membuatnya terjatuh di planet lain.

Di planet tersebut, Thor disandera oleh Grandmaster (Jeff Goldblum) dan membuatnya harus bertarung dengan Hulk (Mark Rufallo). Mengetahui Thor harus bertarung dengan Hulk, dirinya harus mencari cara agar bisa keluar dari planet tersebut dan menyelamatkan Asgard dari serangan Hela yang semakin menjadi-jadi. Lantas, dia meminta bantuan Valkyrie (Tessa Thompson) bahkan Loki (Tom Hiddleston) untuk bisa melawan Hela kembali.


Menceritakan tentang kehancuran dengan porsi yang lebih masif, Thor : Ragnarok sebenarnya bukan sebuah film superhero dengan penuh senang-senang. Thor : Ragnarok adalah sebuah film dengan story device yang sangat kelam. Tetapi pintarnya, Taika Watiti berusaha keras agar Thor tak menjadi sebuah sajian yang terlalu serius sehingga lupa untuk bersenang-senang. Sehingga, banyak sekali dosis komedi yang disuntikkan oleh Taika Watiti di dalam Thor : Ragnarok.

Hanya saja, komedi yang disajikan dalam Thor : Ragnarok ini memiliki kadar kesegaran yang jauh lebih besar. Mereka tak hanya asyik sendiri, tetapi penonton juga bisa merasakan kesenangannya sehingga dengan durasi yang mencapai 130 menit penonton tak merasa keberatan. Taika Watiti menampilkan kekhasannya dalam mengarahkan sebuah film. Sehingga, Thor : Ragnarok menampilkan sebuah film manusia super dengan gaya nyentrik dan sangat berbeda dengan film-film Marvel Cinematic Universe sebelumnya.

Meski begitu, Taika Watiti tak lupa dengan plot-plot seriusnya yang perlu untuk diperhatikan lebih. Sehingga, penonton tak perlu takut untuk terdistraksi antara plot film dengan sajian komedi yang tampil dengan porsi yang jauh lebih besar. Perkembangan setiap karakter di dalam film ini juga diolah dengan baik. Meski memiliki karakter-karakter baru, tetapi Taika Watiti dengan pintar menceritakan karakter memiliki alasan-alasan yang kuat untuk tampil.


Tentu, tak perlu khawatirkan tentang visual efek yang ada di dalam Thor : Ragnarok. Semua tampil dengan warna-warna yang lebih edgy dan terlihat sangat kontras tetapi tak terlihat norak. Sehingga, apa yang tampil dalam Thor : Ragnarok adalah pengalaman sinematik milik Marvel yang tak pernah penonton lihat sebelumnya. Diwarnai dengan musik-musik eksentrik yang menjadi jawaban bagi fans Marvel yang menginginkan sebuah musik yang ikonik di dalam filmnya.

Perpaduan tembang film Led Zeppelin berjudul ‘Immigrant Song’ hadir dengan harmonisasi adegan yang pas. Sebuah adegan pertarungan di dalam Thor : Ragnarok hadir dengan jauh lebih berkesan dengan tembang dalam lagu tersebut. Pun, dihiasi dengan visual efek yang jauh lebih bombastis yang semakin memperkuat pengalaman sinematik penontonnya dalam menyaksikan Marvel Cinematic Universe yang telah memasuki fase ketiganya.

 
Sehingga, bagi Anda yang menghawatirkan dengan bagaimana Thor : Ragnarok yang penuh akan komedi, buang kekhawatiran itu. Meski memang Thor : Ragnarok memiliki suntikan komedi yang jauh lebih besar, tetapi Taika Watiti mengemas komedi tersebut dengan gayanya yang sangat quirky tetapi tetap bisa dinikmati oleh siapapun. Sehingga, Thor : Ragnarok menjadi sebuah film yang tak hanya berbeda dari film Thor sebelumnya, tetapi juga berbeda di dalam deretan Marvel Cinematic Universe yang telah memasuki fase ketiganya. 
THOR : RAGNAROK (2017) REVIEW : The Edgy Look of Marvel's Superheroes Film
4/ 5
By
Add your comment