Minggu, 02 Juli 2017

SWEET 20 (2017) REVIEW : Nafas Segar dalam Film Adaptasi


Adaptasi resmi dari film-film luar negeri pernah dilakukan oleh film “Love You, Love You Not” yang diadaptasi dari film thailand berjudul “I Fine, Thank You, Love You”. Kali ini, adaptasi resmi lainnya di perfilman Indonesia hadir dari film korea berjudul “Miss Granny”. Film dari negeri ginseng tersebut telah diadaptasi oleh berbagai macam negara mulai dari China, Thailand, Jepang, hingga Vietnam. Maka, kali ini Indonesia menghadirkan adaptasi resmi tersebut dengan judul “Sweet 20”.

Ody C. Harahap menjadi orang yang dipercaya untuk mengarahkan adaptasi dari Miss Granny ini. Pengarahan Ody C. Harahap ini dibantu oleh naskah yang ditulis oleh Upi. Film Sweet 20 ini  dimeriahkan pula oleh aktris dan aktor kawakan seperti Niniek L. Kariem, Widyawati, hingga Slamet Rahardjo. Juga, aktor dan aktris muda mulai dari Morgan Oey, Tatjana Saphira, dan Kevin Julio sehingga pemilihan pemainnya bisa digunakan sebagai segmentasi penonton dari film ini. Dengan jadwal perilisan yang pas saat lebaran, Sweet 20 muncul dengan harapan sebagai film keluarga yang pas untuk ditonton ramai-ramai.

Ody C. Harahap pernah berhasil membuat film drama komedi dengan takaran pas lewat Kapan Kawin?, bahkan Me Vs Mami juga bisa menghibur penontonnya. Sehingga ketika Ody C. Harahap kembali menggarap di ranah genre serupa, penonton sudah mulai percaya dengan apa yang mau dia arahkan. Meski diadaptasi dari film yang pernah ada, Sweet 20 berhasil menjadi sebuah film yang sangat segar dan begitu menyenangkan pas dengan suasana Lebaran. 


Seperti dengan Miss Granny, Sweet 20 menceritakan tentang seorang wanita lanjut usia bernama Fatma (Niniek L. Karim) yang tinggal bersama dengan anaknya, Adit (Lukman Sardi) dan menantunya. Keberadaan Fatma cukup menganggu ketenangan anak, menantu dan cucu-cucunya karena Fatma begitu cerewet dan suka menasihati mereka. Hingga pada akhirnya, Adit dan keluarganya memutuskan untuk memasukkan Fatma ke Panti Jompo.

Fatma yang mengetahui rencana tersebut merasa sedih dan memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Di tengah perjalanannya, dia menemukan sebuah toko foto bernama “Forever Young”. Fatma masuk dan ingin mengabadikan fotonya agar bisa diingat oleh semua orang. Tetapi, keajaiban terjadi saat Fatma selesai difoto. Fatma berubah menjadi seorang perempuan muda belia berumur 20 tahun hingga semua orang tak mengenalinya. Fatma pun mengubah identitasnya menjadi Mieke Widjaja (Tatjana Saphira) dan hidup menjadi perempuan masa kini yang mengejar mimpi-mimpinya dulu. 


Ketakutan dalam sebuah adaptasi dari film lalu adalah tak ada pembeda dan hanya melakukan penyalinan yang serupa di dalam filmnya. Tetapi, pernyataan generik itu dipatahkan begitu saja oleh presentasi secara keseluruhan dari film Sweet 20 ini. Ketika mengarahkan film ini, Ody C. Harahap tak sekedar menyalin adegan demi adegan di dalam film Miss Granny untuk ditampilkan di dalam film Sweet 20. Ada cita rasa yang disesuaikan dengan referensi kultur Indonesia sehingga membuat Sweet 20 seperti sebuah film baru yang segar untuk dinikmati.

Sweet 20 tampil dengan konsistensi energi yang sangat kuat dari awal hingga akhir yang berdampak kepada penontonnya yang akan sangat menikmati 115 menit film ini. Sehingga, penonton bisa sangat terhibur dengan segala komedi dan drama di dalam film ini.  Ody C. Harahap berusaha agar setiap unsur di dalam film ini mulai dari konflik, karakter, dan atmosfirnya berjalan sesuai dengan porsinya masing-masing. Pengarahan yang begitu teliti yang dilakukan oleh Ody C. Harahap inilah kunci kesuksesan dari performa dari Sweet 20

Ada perubahan suasana yang dilakukan secara signifikan di setiap babak di dalam film Sweet 20. Tetapi, apabila hal tersebut tak dilakukan dengan teliti, perubahan atmosfir itu malah akan mendistraksi pondasi cerita. Inilah kepiawaian dari Ody C. Harahap dalam mengarahkan Sweet 20, perubahan suasana itu bergantian tanpa merusak suasana penontonnya juga. Semua berjalan seirama yang malah semakin memperkuat lajurnya cerita dari Sweet 20 ini. Hal ini membuktikan bahwa Ody C. Harahap memiliki pandangan yang sangat visioner dalam mengarahkan genre-genre seperti ini.


Selain pengarahan penuh sensitivitas dari Ody C. Harahap, naskah adaptasi dari Sweet 20 ini patut diacungi jempol. Adaptasi yang dilakukan oleh Upi ini berhasil memasukkan kultur budaya yang relevan dengan Indonesia. Pun, hal itu tak sekedar sadur budaya saja, tetapi juga diperhatikan bagaimana penyaduran budaya itu dimunculkan di dalam adegan film. Mulai dari tembang-tembang lawas yang menghiasai beberapa adegan film Sweet 20hingga pemilihan kata yang disesuaikan dengan usia setiap karakternya. 

Apabila diperhatikan bagaimana setiap karakter mengucapkan dialognya akan muncul kesenjangan pemilihan kata antar generasi yang memang selalu terjadi ketika setiap orang melakukan komunikasi. Bahasa baku dan bahasa gaul terkadang menjadi hambatan bagi orang lanjut usia dengan generasi masa kini. Sehingga, Sweet 20 tak sekedar memiliki konflik di dalam plot ceritanya saja. Tetapi juga menjadikan gambaran bagi penontonnya tentang konflik komunikasi antar personal melalui pemakaian bahasa di setiap rentang usianya yang terkadang memunculkan kesenjangan dan konflik.

Konflik tentang problematika dalam menggunakan bahasa inilah yang disematkan di dalam karakter Fatma yang diperankan oleh Niniek L. Kariem yang berubah menjadi Mieke yang diperankan oleh Tatjana Saphira. Meskipun tubuhnya berubah menjadi sosok yang lebih muda, tetapi nilai-nilai budaya lama tetap tersematkan di dalam diri Mieke. Sehingga, Mieke tetap harus beradaptasi kembali dengan generasi masa kini. Bagusnya, Tatjana Saphira berhasil menerjemahkan kesenjangan budaya yang ada dengan gerakan dan mimik wajah yang kuat sekali. Berhasil meyakinkan penontonnya bahwa Tatjana Saphira memang seorang wanita lanjut usia yang sedang terjebak di tubuh perempuan usia muda.  


Meski menjadi sebuah film adaptasi dari film lain, Sweet 20 berhasil memberikan nafas baru dari film aslinya sendiri. Ketelitian dan sensitivitas Ody C. Harahap inilah yang menjadi pegangan bagi presentasi keseluruhan dari Sweet 20 hingga menjadi sebuah film drama komedi keluarga paket komplit. Akan ada tawa, haru, sekaligus kontemplasi tentang konflik-konflik di dalam film ini yang dengan mudah memberikan relevansi dengan penonton Indonesia. Hal itu juga karena kepiawaian Upi selaku penulis naskah yang dapat menyadur kultur budaya lokal yang tak sekedar tempel, tetapi juga diperhatikan penempatannya. Dengan begitu, konsistensi energi yang muncul di dalam Sweet 20 selalu terjaga dan akan menetap rasa bahagia di hati penontonnya. Ya, Sweet 20 adalah film libur lebaran yang pas ditonton ramai-ramai. Tatjana Saphira is a next big thing!
SWEET 20 (2017) REVIEW : Nafas Segar dalam Film Adaptasi
4/ 5
By
Add your comment