“One thing I can guarantee... no one's ready for this.”
Siapa pernah menduga franchise The Fast and the Furious yang dimulai sebagai film balap mobil liar pada 16 tahun silam, lalu disisipi beragam elemen dari subgenre laga lain guna ‘bertahan hidup’ hingga telah ditinggal pergi oleh salah satu pelakon utamanya, Paul Walker, yang tewas saat seri ketujuh tengah digarap, bakal menapaki jilid kedelapan? Satu dasawarsa lalu tentu tak sedikitpun terbayang, namun semenjak Fast Five yang menjadi titik baru dimulainya kehidupan dari franchise ini baik dari respon penonton – raihan dollar kian menggurita – maupun resepsi kritikus, kita sudah bisa mencium gelagat Universal Pictures bakal memperpanjang usia kisah petualangan Dominic Toretto (Vin Diesel) beserta ‘keluarga’ tercintanya. Mengingat sudah banyak kegilaan kita simak: menyeret brankas raksasa menggunakan mobil di jalanan, berkejar-kejaran dengan pesawat siap tinggal landas, sampai mobil yang melayang menembus dua gedung pencakar langit, tanya “apa lagi yang akan mereka lakukan kali ini?” pada Fast & Furious 8 (dikenal pula dengan tajuk The Fate of the Furious) pun sulit terelakkan – maklum, standar kegilaan laganya terus meninggi dari seri ke seri. Namun ketika kita mengira franchise ini akan mulai kehabisan bahan bakarnya, Fast & Furious 8 justru tetap melaju kencang dan menggeber kegilaan laga yang sanggup menandingi, atau malah bisa dikata melampaui, jilid-jilid pendahulunya.
Salah satu trik yang juga dipergunakan oleh F. Gary Gray (The Italian Job, Straight Outta Compton) agar atensi penonton tertambat pada Fast & Furious 8 disamping menghadirkan tata aksi mencengangkan adalah membelokkan guliran kisah sedari mula: Dom yang semula berada di pihak protagonis, mendadak berpindah ke sisi gelap. Dia membelot dari kelompoknya, meninggalkan Letty (Michelle Rodriguez) yang kini telah dipersuntingnya dalam kegamangan, dan bergabung bersama teroris siber kelas kakap bernama Cipher (Charlize Theron). Tentu kita tidak mendapati penjabaran motivasi dibalik keputusan Dom merapat ke Cipher di menit-menit awal demi memunculkan daya pikat terhadap guliran pengisahan. Petunjuknya sebatas Dom telah melihat sebuah foto di layar ponsel genggam sang antagonis yang seketika merobohkan tembok pertahanannya. Penonton paham, jika Dom lantas bersedia menerima tawaran berbahaya dari Cipher untuk membantunya mencuri EMP – electromagnetic pulse – yang konon sanggup melumpuhkan gelombang elektromagnetik dan kode peluncuran nuklir kepunyaan Rusia, jelas siapapun (atau apapun) yang terpampang di foto tersebut amat penting baginya. Sekelumit sisi misteri ini nyatanya terhitung ampuh mengundang rasa penasaran penonton sehingga bersedia untuk mengikuti petualangan ala mata-mata yang melibatkan Dom beserta konco-konco.
Ya, Fast & Furious 8 yang disulap oleh Gray menjadi spy movie selayaknya rangkaian seri James Bond maupun Mission: Impossible, mempunyai modal cukup berlimpah untuk menempatkannya sebagai salah satu seri terbaik dari franchise sekaligus mesin pengeruk pundi-pundi dollar. Ekspektasi bakal peroleh spektakel fun-tastic yang ditanamkan sebelum melangkahkan kaki memasuki gedung bioskop, sukses dipenuhi Fast & Furious 8. Ini menunjukkan bahwa seri yang tergabung dalam franchise The Fast and the Furious selalu memiliki cara untuk mengkreasi gelaran laga over-the-top yang secara intensitas dan kreatifitas boleh dibilang lebih baik dibandingkan seri sebelumnya. Gray pun tak menyia-nyiakan kesempatan unjuk kebolehan tangani film laga yang terbukti dengan disodorkannya sejumlah momen yang rasa-rasanya bakal membuat penonton berdecak kagum sampai rahang terjatuh. Adegan pembuka Fast & Furious 8 berupa perlombaan balap mobil ilegal berlatar pemandangan eksotis kota tua di Kuba yang memberi penghormatan untuk jilid-jilid pertama franchise hanyalah pemanasan, begitu pula saat bola penghancur dilibatkan guna menghantam habis mobil-mobil lawan. Hidangan utama dari film baru disajikan sedari kekacauan besar di penjara akibat sistem keamanan yang mengalami malfungsi. Selepasnya, Fast & Furious 8 yang mula-mula dihantarkan menggunakan kecepatan sedang seketika tancap gas dan daya cengkram pun terus dieskalasi sampai film tutup durasi.
Pada titik ini, penonton mendapati setidaknya dua momen laga gila yang patut dikenang. Pertama, serangan ‘zombie’ di New York City kala siang bolong, dan kedua, kejar-kejaran beragam jenis kendaraan dari mobil Lamborghini mewah berwarna oranye mencolok, tank, sampai kapal selam (!) di atas kepingan es. Mengingat masing-masing momen dieksekusi dalam rentang durasi cukup panjang serta berlangsung saat sinar matahari masih bersinar terang benderang yang memungkinkan detail aksinya tertangkap jelas oleh mata, level keasyikkannya jelas tinggi. Maka dari itu, ada baiknya urusan belakang (baca: toilet) telah benar-benar dituntaskan sebelum film memulai langkahnya atau paling lambat sebelum baku hantam di penjara terjadi. Percayalah, kamu tidak akan rela melewatkan tiga gelaran laga dengan kata kunci penjara, zombie, dan es, yang notabene merupakan bagian terbaik yang dipunyai oleh Fast & Furious 8. Bahkan saya bersedia untuk kembali membayar tiket nonton hanya demi menyaksikan ketiga kegilaan laga tersebut, plus bromance yang terjalin antara Dwayne Johnson dan Jason Statham. Betul, selain rentetan “bang bang boom!”-nya yang mengasyikkan dan plot yang sekalipun klise khas spy film sekaligus cenderung berbau opera sabun namun tak bisa disangkal mempunyai magnet, Fast & Furious 8 unggul di departemen lakonan yang membuatnya bisa berdiri sejajar dengan film-film terbaik di genrenya.
Dengan seabreknya pelakon yang memperkuat jajaran pemain, Fast & Furious 8 memang serasa penuh sesak. Namun si pembuat film yang telah berpengalaman menangani ansambel pemain, tahu betul bagaimana caranya membagi porsi tampil agar berimbang dan beberapa karakter kunci pun dapat bersinar. Mengingat perginya Paul Walker meninggalkan lubang yang menganga cukup lebar, beberapa penyesuaian pun dilakukan sehingga keluarga Dom tetap berasa utuh. Salah satunya, menggeret Jason Statham untuk berpindah haluan lalu menyandingkannya dengan Dwayne Johnson. Twist-nya adalah karakter mereka dikondisikan saling menaruh benci yang lantas menuntut keduanya adu jotos serta kemampuan berkelakar. Ini membuat bromance diantara mereka (atau bisa dikata, love-hate relationship) terasa menarik buat ditengok, ngangenin, dan memberi kesegaran bagi karakter masing-masing yang mulai berasa hambar di jilid ketujuh. Penyegaran bisa pula diraba pada sosok Dom yang memungkinkan Vin Diesel untuk memperlihatkan sisi tangguh dan rapuh dari karakternya secara bersamaan, serta karakter villain yang untuk pertama kalinya dalam sejarah franchise The Fast and the Furious tampak amat mengancam. Berkat performa efektif Charlize Theron, Cipher mempendarkan aura menggoda, cerdas, sekaligus berbahaya. Berkat performa efektif Charlize Theron yang kemudian disokong pula barisan pemain lain yang membentuk chemistry lekat, level keasyikkan Fast & Furious 8 yang sudah tinggi lantaran aksi dan intriknya pun kian meninggi. Fun-tastic tepat disematkan bagi jilid ini!
Trivia : Aktris senior penggenggam Oscar, Helen Mirren, ikut memeriahkan jilid ini. Apakah kamu tahu, berperan sebagai siapakah dia?
Trivia : Aktris senior penggenggam Oscar, Helen Mirren, ikut memeriahkan jilid ini. Apakah kamu tahu, berperan sebagai siapakah dia?
Note : Tidak ada post-credits scene dan format 3D film ini tidak memberi banyak dampak.
Outstanding (4/5)
REVIEW : FAST & FURIOUS 8
4/
5
By
Mimin