Kamis, 23 Maret 2017

Beauty and the Beast (2017) (4,5/5)


"Look at her! What if she's the one? The one who will break the spell?"

RottenTomatoes: 70% | IMDb: 7,9/10 | Metascore: 65/100 | NikenBicaraFilm : 4,5/5


Rate: PG
Genre: Musical, Drama

Directed by Bill Condon ; Produced by David Hoberman, Todd Lieberman ; Screenplay by Stephen Chbosky, Evan Spiliotopoulos ; Based on Disney's Beauty and the Beast, Beauty and the Beast by Jeanne-Marie Leprince de Beaumont ; Starring Emma Watson, Dan Stevens, Luke Evans, Kevin Kline, Josh Gad, Ewan McGregor, Stanley Tucci, Audra McDonald, Gugu Mbatha-Raw, Ian McKellen, Emma Thompson ;  Music by Alan Menken ; Cinematography Tobias Schliessler ; Edited by Virginia Katz ; Production company Walt Disney Pictures, Mandeville Films ; Distributed by Walt Disney ; Studios Motion Pictures ; Release dateFebruary 23, 2017 (Spencer House), March 17, 2017 (United States) ; Running time129 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $160 million


Story / Cerita / Sinopsis:
Belle (Emma Watson) tinggal di sebuah kota kecil, dimana ia bermimpi untuk bisa pergi dari kotanya tersebut. Suatu hari, ayahnya dipenjara oleh Beast (Dan Stevens) - makhluk buruk rupa misterius yang tinggal di sebuah kastil tua yang angker. Belle kemudian berusaha membebaskan ayahnya sambil berusaha membebaskan mantra yang menimpa sang Beast, dimana keduanya harus belajar mencintai.

Review / Resensi:
Beauty and the Beast ini adalah tipikal film yang yaa.. cheesy, mudah ditebak, fairy-tale dongeng yang hanya relevan jika Anda masih kecil, but still..... I really don't care. It's still so charming and magical for me. Because you know, I desperately need a romance in my life.. so watching this give me a romance pleasure that I really want. Haha. Ya, saya tahu meme-meme beredar dimana-mana, "nyinyir" bahwa Belle menderita stockholm syndrome yang jatuh cinta kepada penculiknya sendiri, atau Belle tidak mungkin akan jatuh cinta kepada Beast jika saja Beast tidak punya kastil megah. But once again: saya, yang biasanya tukang nyinyir, tidak mempedulikan itu semua... Beauty and the Beast adalah sebuah film yang mampu mempesona saya. Saya keluar bioskop dengan perasaan gembira, berhasrat ingin menari dan berdansa sambil menyanyi - nyanyikan lagunya. Please, give me that damn yellow cute dress (and of course, the charming handsome rich prince!)


Nampaknya, versi live-action dari Beauty and The Beast ini memang hendak meniru Cinderella (2014), yang meraih kesuksesan justru karena sesuai dengan cerita aslinya. In this case, cerita aslinya adalah Beauty and the Beast versi animasi kartun Disney tahun 1991 yang sangat populer itu. Beauty and The Beast malah sangat mirip dengan versi awalnya, hingga termasuk lagu-lagu yang digunakan. Jadi, orang (yang kebanyakan cewek-cewek remaja) datang ke bioskop karena hendak menyaksikan mimpi dan romantisme mereka dalam wujud film, bukan karena ingin tahu jalan ceritanya atau apa. So am I. Saya merasakan pesona yang sama yang saya alami saat nonton La La Land, menyaksikan Beauty and the Beast memberikan saya sebuah eskapisme ke dunia alternatif yang indah, magical, dan tentu saja.... romantis. (Bf, i need my bf...).

Bagi saya, tidak terlalu masalah jika Beauty and the Beast ini benar-benar meniru dari versi kartun animasinya (yang didasarkan dari fairy-tale Perancis). Film orisinilnya diproduksi 26 tahun dari versi awalnya, sehingga target audiens yang disasar adalah generasi baru: putri kecil kita, atau para ABG yang belum lahir di tahun 90-an. Dan tentu saja, mereka yang ingin bernostalgia. Dan karena inilah saya merasa Beauty and the Beast sangat berhasil dan mencetak hasil memuaskan pada box office. Lagu-lagunya sama, namun dengan versi aransemen ulang yang jauh lebih mewah dan megah (yang anyway, sekarang saya menulis ini sambil mendengarkan lagu-lagunya). Desain set, kostum, dan propertinya juga sangat cantik dan memanjakan mata. Ada sedikit subplot berbeda berupa masa lalu Beast dan Belle, yang membuat ceritanya jadi lebih masuk akal dan membuat kita jadi makin simpati dengan karakter keduanya

Emma Watson kabarnya menolak peran Mia di film La La Land demi perannya sebagai Belle di Beauty and the Beast. Sejauh yang saya baca, akting dan kualitas suara Emma Watson memicu perdebatan di kalangan netizen. Sebagian memujanya, sebagian yang lain menganggap bahwa Emma Watson tidak mampu merepresentasikan karakter Belle dengan baik. Dan saya.... termasuk yang memujanya, Bagi saya peran sebagai Belle membutuhkan aktris yang loveable, supaya para perempuan yang menontonnya bisa dengan mudah menyukai karakter sang protagonis, dan para lelaki juga bisa mengagumi dan mencintai sosok Belle. Emma Watson, I think she's the one. Dia adalah Hermione yang tidak pernah mengkhianati citranya. She's pretty enough but not intimidating. Smart and feminist. Girl next door type. Yeah damn right! Jadi, kemunculan Emma Watson selalu membuat saya ikutan memuja betapa cantik dan manisnya dirinya. So, Emma Watson and autotune? I don't care.

The rest of cast, juga tampil baik mendukung Beauty and The Beast. Saya menyukai performa Luke Evans yang begitu piawai membawakan perannya yang menyebalkan (tapi macho) sebagai Gaston dan bernyanyi dengan baik. Emma Thompson, Audrey McDonald dan Ewan McGregor juga memberikan performa memikat dalam menyanyikan bait-bait lagu mereka (Emma Thompson singin' Beauty and the Beast? My favorite! even it is a more way better than Ariana Grande version). Dan Stevens.... oh my God... saya ga bisa lupa wajah tampan dia waktu main The Guest, jadi ketika akhirnya dia muncul di bagian akhir saya langsung ngeces dan sejenak saya lupa caranya bernafas.... Ada yang menarik pula dibahas, ketika tim PR film ini bikin kontroversi dengan menyebutkan salah satu karakter, yakni Le Fou (Josh Gad) menjadi karakter Disney pertama yang gay. Well, setelah memicu kontroversi sana-sini, tapi ternyata filmnya toh tidak se-gay yang ditakutkan kaum homophobic. And fun trivia: Josh Gad is straight, dan ternyata Luke Evans yang sebenarnya gay. *patah hati*

Namun, bukan berarti Beauty and the Beast tidak memiliki kekurangan. Saya merasa ada beberapa bagian yang humornya agak miss dan editingnya kurang mulus. Saya juga agak merasa animasi CGI antique furniture - para pelayan Beast - kurang "lucu" dan kurang "ceria", termasuk scene musikal "Be Our Guest" yang terlalu gelap buat saya. Saya juga merasa ada beberapa bagian yang terasa kurang dramatis, terutama..... that damn kissing scene! OMG, nungguin lama buat akhirnya ngeliat wajah ganteng Dan Stevens dan akhirnya Beast (yang udah jadi ganteng) berciuman dengan Belle..... saya merasa kissing scene nya sangat flat dan meh. Harusnya bisa lebih romantis lagi. Harusnya keduanya bisa lebih tersipu-sipu lagi. (Bf, i really need my bf please!).

Overview :
Beauty and the Beast adalah sebuah film yang menjadi sebuah nostalgia yang indah bagi mereka yang telah menonton versi animasinya dan sebuah perkenalan yang tepat bagi generasi baru. Setia terhadap versi aslinya, Beauty and the Beast tetaplah sebuah film yang sangat mempesona, memukau, dan... magical (I'm sure magical is a perfect word). Manusia membutuhkan eskapisme dari realitas yang menjemukan dan menyedihkan, dan Beauty and the Beast menawarkan dunia dimana-semuanya-indah-dan-bahagia dalam bentuknya yang terbaik. Lagu-lagu lamanya dibawakan ulang dengan beberapa lagu baru dari Celine Dion dan Josh Groban yang juga menawan. Emma Watson sangat likea"belle"... cast lain juga memberikan performa yang juga sama menariknya. Memang, ada beberapa ketidaksempurnaan, but who cares?
Beauty and the Beast (2017) (4,5/5)
4/ 5
By
Add your comment