"We're going to recapture my creatures before they get hurt. They're currently in alien terrain surrounded by millions of the most vicious creatures on the planet; humans,"
RottenTomatoes: 75% | IMDb: 66/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5
Rated: PG-13
Genre: Fantasy, Adventure, Kids & Family
Directed by David Yates ; Produced by David Heyman, J. K. Rowling, Steve Kloves, Lionel Wigram ; Written by J. K. Rowling ; Based on Fantastic Beasts and Where to Find Them by J. K. Rowling ; Starring Eddie Redmayne, Katherine Waterston, Dan Fogler, Alison Sudol, Ezra Miller, Samantha Morton, Jon Voight, Carmen Ejogo, Ron Perlman, Colin Farrell ; Music by James Newton Howard ; Cinematography Philippe Rousselot ; Edited by Mark Day ; Production companyHeyday Films ; Distributed by Warner Bros. Pictures ; Release dates 10 November 2016 (New York City), 18 November 2016 (United Kingdom & United States) ; Running time133 minutes ; Country United Kingdom, United States ; Language English ; Budget $180 million
Story / Cerita / Sinopsis :
Kekacauan mulai terjadi ketika penyihir Newt Scamander (Eddie Redmayne) tiba di New York dan hewan-hewan sihir dan ajaib dari dalam kopernya mulai kabur.
Review / Resensi :
Bagi saya yang tumbuh dewasa dengan serial Harry Potter - melahap seluruh bukunya dan menonton semua filmnya di bioskop - tentu ada kesedihan ketika akhirnya Harry Potter harus berakhir pada novel ketujuh dan film kedelapan. Maka dari itu saya sangat antusias ketika mendengar kabar J.K. Rowling akan menggarap film seri terbaru yang diambil dari sebuah buku mungil Fantastic Beasts And Where To Find Them (selanjutnya saya singkat sebagai Fantastic Beasts). Walaupun pada awalnya cuma mau dibikin trilogi, berita terbaru menyebutkan kalau seri spin-off Harry Potter ini akan terdiri dari dari 5 film. Setting waktunya sendiri terjadi sebelum cerita Harry Potter dimulai dengan karakter-karakter yang berbeda dari versi orisinilnya. Biarpun berbeda, bagi fans berat Harry Potter beberapa tokoh yang ada di Fantastic Beasts ini pasti cukup familiar.
Ada perbedaan mendasar antara membaca novel dan menonton film. Keduanya adalah hal yang menyenangkan, namun dalam kasus Harry Potter, saya harus mengakui bahwa saya lebih prefer novelnya daripada filmnya. Melalui novelnya, dunia sihir di kepala J.K. Rowling disampaikan dengan begitu detail dan menarik, kita diajak untuk lebih mengenal karakter-karakternya dan memahami alur ceritanya dengan lebih jelas. Sedangkan melalui film, fantasi itu divisualisasikan menjadi sebuah petualangan mata yang asyik, walaupun tentu saja karena hanya sebagai sebuah rangkuman padat, film tidak akan bisa menggantikan keasyikan membaca novel. Jadi, novel dan film adalah dua komponen yang sangat mendukung bagi fans seperti saya. Maka itu, selepas menonton Fantastic Beasts saya agak sedih kenapa J.K. Rowling tidak mengerjakan versi novelnya.
Fantastic Beasts bercerita tentang Newt Scamander (Eddie Redmayne), ahli hewan-hewan sihir yang serupa David Attenborough (ahli keanekaragaman floral dan fauna yang suka nongol di BBC Earth). Pada tahun 1926 Newt yang berkebangsaan Inggris datang ke New York - Amerika, dimana di Amerika sedang terjadi sedikit gesekan antara dunia sihir dan No-Majs (sebutan muggle atau orang tanpa kekuatan sihir di Amerika), ditambah lagi ada teror-teror sebelumnya yang dilakukan oleh penyihir jahat Gellert Grindelwald. Kekacauan kemudian terjadi ketika hewan-hewan dalam koper Newt keluar dan kabur dari dalam koper. Newt, dibantu dua penyihir dan satu No-Majs, kemudian harus mencari cara untuk mengembalikan semua hewan sihir yang kabur sambil mencari tahu teror apa yang sesungguhnya terjadi di New York.
Bagi saya pribadi, menonton Fantastic Beasts and Where To Find Them seperti sebuah nostalgia indah. Kenangan akan sihir dunia Harry Potter menyeruak lagi ketika musik yang ikonik dan logo Warner Bros muncul di bagian awal film - membuat saya udah senyum-senyum terharu sendiri kayak orang culun. Fantasi masa kecil saya, tentang bagaimana saya bermimpi bisa menjadi salah satu murid Hogwarts (is it weird? is it just me who dream about that?), menjadi nilai emosional yang mampu membuat saya nyaris mengabaikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki Fantastic Beasts.
Dari segi cerita, jelas Fantastic Beasts adalah sebuah prolog dari episode-episode selanjutnya. Ya kurang lebih mirip bagaimana Harry Potter dimulai lewat The Sorcerer's Stone. Hal ini bisa disebut sebagai kelemahan utama yang dimiliki Fantastic Beasts. Dengan sebuah teror yang cukup misterius dan mencekam, kenyataannya hampir sebagian besar cerita Fantastic Beasts lebih banyak bercerita tentang petualangan ala film Goosebumps, bagaimana Newt dan teman-temannya sibuk menangkapi hewan-hewan yang kabur. Akibatnya, konfliknya jadi terasa hambar dan kurang menggigit karena adanya tumpang tindih antar satu bagian dengan bagian lainnya. Sebagai prolog, Fantastic Beasts juga masih menyimpan banyak misteri yang tidak terselesaikan dan ngambang. Tapi toh ini tetap sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan, karena bagi fans Harry Potter kita disuguhi kepingan - kepingan cerita yang terjadi di masa lalu di dunia sihir yang sebelumnya tidak diceritakan di seri Harry Potter. Fantastic Beasts adalah ekspansi dari dunia sihir Harry Potter.
Aspek visual menjadi salah satu kelebihan dari Fantastic Beasts. Apalagi makhluk-makhluk yang muncul di film ini begitu unik dan ajaib, menjadi sebuah pertunjukan dan petualangan yang menyenangkan selama dua jam lebih. Animasi hewan-hewan magicalnya sangat cute, membuat saya jadi kangen dengan kucing-kucing saya di rumah. Dengan latar belakang tahun 1920-an, desain set dan propertinya juga bernuansa vintage yang cantik (anyway, series Harry Potter juga terasa vintage - mungkin modernitas tidak menyentuh dunia sihir :p). Visualisasi Fantastic Beasts mengingatkan saya dengan bagaimana David Yates memulainya di Harry Potter and The Sorcerer's Stone: fun (visualisasi seri-seri berikutnya bagi saya terasa agak kelam, apalagi yang terakhir... duh dark banget buat film remaja).
Beberapa orang bilang karakter Newt kurang tereksplor dengan baik, namun bagi saya melalui bagaimana Eddie Redmayne membawakannya - saya cukup bisa menebak bagaimana karakternya. Freak, weird, awkward, the brave outsiders yang kadang sedikit suka seenaknya sendiri - sebuah citra lain yang tentu berbeda dengan karakter Harry Potter. Eddie Redmayne juga punya pesona charming yang seketika membuat karakter Newt jadi sangat loveable. Dan Fogler sukses mencuri perhatian sebagai Jacob, pria apes yang baik hati, sebuah tandem yang baik bagi Newt. Katherine Waterston juga cukup baik memerankan karakter Tina yang ambisius. And then Ezra Miller, with his stupid haircut. Still looks cute.
Overview:
Fantastic Beasts And Where To Find Them mungkin memang bukan film yang sempurna, ceritanya kurang menggigit, tidak cukup kreatif, dan kurang lelucon yang bisa bikin penonton ketawa, namun toh bagi fans Harry Potter seperti saya hal itu bukanlah sebuah masalah. Fantastic Beasts masih mampu menawarkan fantasi yang sangat magical - lewat visualnya yang indah dan ceritanya yang mengekspansi kepingan cerita dunia Harry Potter yang belum diceritakan : sebuah alasan kenapa kita dulu bisa jatuh cinta dengan dunia sihir milik Harry Potter dan J.K. Rowling. Fans Harry Potter butuh sebuah nostalgia dengan sebuah cerita baru, dan Fantastic Beasts berhasil mewujudkannya.
Fantastic Beasts and Where To Find Them (2016) (4,5/5)
4/
5
By
Mimin